Suara.com - Kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan yang melanda Los Angeles, negara bagian California, Amerika Serikat (AS) diperkirakan mencapai angka yang sangat fantastis.
Data terbaru menunjukkan bahwa kerugian ini jauh melampaui total bantuan militer yang diberikan AS untuk operasi militer di Gaza.
AccuWeather memperkirakan kerusakan dan kerugian ekonomi mencapai USD135 miliar hingga USD150 miliar atau setara Rp2.200 triliun hingga Rp2.447 triliun.
"Diperlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk menentukan besarnya kerusakan yang diasuransikan, tetapi kebakaran hutan Los Angeles kemungkinan termasuk di antara kebakaran hutan yang paling merugikan dalam sejarah negara bagian ini," kata Moody's Ratings yang dilansir dari Reuters.
Disisi lain berdasarkan laporan Stockholm International Peace Research Institute mengungkap Amerika Serikat menghabiskan lebih dari USD22 miliar atau sekitar Rp356,8 triliun untuk mendukung operasi militer Israel, termasuk di Gaza, Lebanon, dan Suriah Sejak 7 Oktober 2023.
AS memasok hampir mayoritas 69 persen kebutuhan senjata Israel periode 2019–2023. Angka itu meningkat menjadi 78 persen pada akhir 2023.
Kondisi ini membuat kerugianekonomi Amerika Serikat mencapai 6 kali lipat akibat kebakaran ini dibandingkan bantuan AS ke militer Israel saat serang Gaza, Palestina.
Sebelumnya diberitakan Los Angeles sedang menghadapi bencana besar akibat kebakaran hutan yang telah meluas hingga mencapai area pemukiman.
Kebakaran yang dimulai sejak Selasa pagi ini telah menyebabkan 10 orang kehilangan nyawa dan memaksa sekitar 70.000 warga untuk mengungsi dari rumah mereka.
Baca Juga: Apa Itu SmartLA 2028? Teori Liar Los Angeles Hangus Terbakar Demi Pembangunan Kota Pintar
Situasi ini semakin parah karena adanya angin kencang Santa Ana serta vegetasi yang kering, yang mempercepat penyebaran api. Kebakaran ini tercatat sebagai salah satu yang paling parah dalam sejarah Los Angeles, dengan lebih dari 10.000 bangunan yang telah terbakar habis.
Tak hanya itu para korban kebakaran hutan ini tengah dilanda kecemasan yang mendalam. Selain kehilangan harta benda dan tempat tinggal, mereka juga khawatir klaim asuransi mereka tidak akan dipenuhi.
Kecemasan ini semakin meningkat setelah adanya laporan mengenai beberapa perusahaan asuransi yang mulai membatasi cakupan polis atau bahkan menolak klaim akibat bencana alam yang semakin sering terjadi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
WSBP Catat Kontrak Baru Rp1,3 Triliun hingga November 2025, Perkuat Transformasi Bisnis dan Keuangan
-
Fenomena Flying Stock COIN: Adik Prabowo Masuk, Saham Sudah Terbang 3.990 Persen Pasca IPO
-
Dari Industri Kripto untuk Negeri: Kolaborasi Kemanusiaan Bantu Korban Banjir Sumatera
-
Lama Tak Ada Kabar, Sri Mulyani Ternyata Punya Pekerjaan Baru di Luar Negeri
-
Waspada BBM Langka, ESDM Singgung Tambahan Kuota Shell, Vivo, BP-AKR 2026
-
Daftar Pemegang Saham Superbank (SUPA), Ada Raksasa Singapura dan Grup Konglo
-
COIN Siap Perkuat Transparansi dan Tata Kelola Industri Kripto Usai Arsari jadi Investor Strategis
-
Alasan Arsari Group Pegang Saham COIN
-
Survei: Skincare Ditinggalkan, Konsumen Kini Fokus ke Produk Kesehatan
-
IHSG Rebound Balik ke 8.700, Cek Saham-saham yang Cuan