Suara.com - Startup AI asal China, DeepSeek, yang baru berusia setahun, berhasil mengguncang pasar saham global.
Peluncuran model AI canggihnya yang mampu bersaing dengan raksasa teknologi dunia membuat investor khawatir akan dominasi pasar AI yang selama ini dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar.
Akibatnya, indeks saham utama dunia mengalami penurunan yang signifikan.
Melansir AP, Selasa (28/1/2025) Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,9 persen ke posisi 39.214,19. Sementara itu, Indeks S&P/ASX 200 Australia tercatat sedikit naik kurang dari 0,1 persen di level 8.411,70, dan Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,2 persen ke angka 20.236,13. Pasar di Korea Selatan, Shanghai, serta wilayah lainnya di kawasan ini tutup karena liburan.
Di Jepang, beberapa bursa saham Asia pada sektor teknologi mengalami penurunan signifikan. SoftBank Group Corp. merugi 10 persen, sementara Hitachi Ltd turun 4 persen. Namun, Fujitsu dan Sony Corp mencatatkan pemulihan. Saham produsen cip Tokyo Electron turun 7,6 persen.
Disisi lain indeks S&P 500 turun 1,5 persen ke angka 6.012,28, sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam Nvidia sebesar 16,9 persen. Saham-saham teknologi besar lainnya juga mencatatkan kerugian, membawa Indeks Nasdaq turun 3,1 persen ke level 19.341,83, penurunan terburuk dalam lebih dari sebulan.
Kerugian terutama terjadi pada saham-saham yang terkait dengan kecerdasan buatan, meskipun pasar lainnya cenderung lebih stabil. Dow Jones Industrial Average justru mencatatkan kenaikan 0,7 persen ke level 44.713,58, dan mayoritas saham AS juga tercatat positif.
Munculnya DeepSeek, startup AI dari China, telah menjadi sorotan utama di dunia teknologi dan keuangan. Dengan model AI yang efisien dan biaya operasional yang rendah, DeepSeek berhasil merebut perhatian investor dan pengguna.
Keberhasilan DeepSeek ini memicu kekhawatiran akan pergeseran lanskap industri AI, di mana perusahaan-perusahaan besar seperti Nvidia kini harus berhadapan dengan pesaing baru yang tangguh.
Baca Juga: 4 Drama Pendek China Daisy Li, Genre Romance hingga Sejarah
Analis berpendapat bahwa penurunan tajam pada indeks saham global merupakan reaksi pasar terhadap potensi disrupsi yang dibawa oleh DeepSeek. Investor khawatir bahwa dominasi perusahaan-perusahaan teknologi besar akan terkikis, sehingga memicu aksi jual besar-besaran.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
IHSG Cetak Rekor Pekan Ini, Investor Asing Banjiri Pasar Modal Indonesia
-
Cara Hemat Rp 10 Juta dalam 3 Bulan untuk Persiapan Bonus Natal dan Tahun Baru!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Beda Jenjang Karier Guru PNS dan PPPK, Apakah Sama-sama Bisa Naik Jabatan?
-
Menkeu Purbaya Yakin Rupiah Menguat Selasa Depan
-
Pertamina Luruskan 3 Kabar Bohong Viral Akhir Pekan Ini
-
Lakukan Restrukturisasi, Kimia Farma (KAEF) Mau Jual 38 Aset Senilai Rp 2,15 Triliun
-
Bank Tanah Serap Lahan Eks-HGU di Sulteng untuk Reforma Agraria
-
Pindah Lokasi, Kemenhub Minta Pemprov Pastikan Lahan Pembangunan Bandara Bali Utara Bebas Sengketa