Suara.com - Toyota Indonesia sudah berada di Indonesia sejak 1971, hampir mencapai usia 54 tahun di tahun 2025. Sebagai produsen mobil, perusahaan ini juga menghasilkan emisi.
Menyadari hal tersebut, Toyota Indonesia mulai melakukan langkah dekarbonisasi. Ini sejalan dengan target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060.
Toyota sendiri telah merespon target ini dengan membuat sasaran menuju netralitas karbon pada 2050, di seluruh lini bisnis.
"Tentunya dari produk-produk kami. Kita tidak hanya mau ngomong listrik saja, tapi kita Multi Pathway. Kita mobil ICE-nya yang kita efisienkan. Kemudian kita punya mobil hybrid, ada lagi plug-in hybrid, ada lagi mobil fuel cell, salah satunya Toyota Mirai," ungkap Manufacturing and Production Engineering Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Arif Mustofa ditulis Senin (17/2/2025).
Selain produk, rantai pasok Toyota Indonesia yang melibatkan lebih dari 200 supplier juga mulai secara perlahan menerapkan pengurangan karbon.
Selanjutnya, proses manufakturing Toyota juga sudah menerapkan konsep green manufacturing. Pada tahun 2015, Toyota Global membuat Toyota Environmental Challenge yang berisi komitmen terhadap zero carbon emission dengan memproduksi green product, green supply chains, operation dan green factory.
Kemudian, Toyota juga menciptakan net positive environmental impact dengan optimalisasi penggunaan air, pengurangan limbah dan sustainable business yang selaras dengan alam.
"Secara operasional manufakturing, kami sudah bergabung dalam green industry dari tahun 2019 dan Alhamdulillah di tahun 2021 kami telah mencapai green industry level 5. Jadi katanya level 5 itu level tertinggi. Tapi kita tidak berhenti disitu, saat ini kami terus melanjutkan milestone kami menuju carbon neutral manufaktur dengan menerapkan pabrik yang rendah emisi," jelas Arif.
Pada proses manufaktur tersebut, Toyota menerapkan high efficiency proses, memakai low carbon teknologi dan yang terakhir adalah strategi bagaimana menggunakan renewable energy.
Baca Juga: Intip Pesona HR-V Hybrid: Harga Hampir Setara Innova Diesel, Tenaganya Cuma...
"Untuk memastikan ekosistem rendah emisi CO2, kami berkolaborasi dengan seluruh supplier, logistik partner dan dealers dalam seluruh rantai bisnis kami. Mulai dari proses pembuatan mobil, kemudian transportasinya, bahkan hingga setelah mobil itu selesai dipakai customer. Kita juga pikirkan bagaimana tidak mencemari lingkungan. Makanya kita ada program yang namanya 3R, yaitu Reduce, Reuse dan Recycle," imbuhnya.
Ekosistem manufacturing dalam pembuatan kendaraan dan engine Toyota dimulai dengan supply energy terbarukan melalui solar panel.
"Jadi kita sampai sekarang sudah memasang di atap-atap pabrik kita solar panel, terutama di area Karawang 1, 2 dan 3, sehingga kalau kita total itu kira-kira sudah sampai 8,11 megawatt," ucap Arif.
Kepala Pusat Industri Hijau BSKJI Kementerian Perindustrian Apit Pria Nugraha, menyampaikan guna mendukung langkah perusahaan mencapai netralitas karbon, pemerintah menyiapkan berbagai insentif.
"Saat ini juga kami sedang melakukan berbagai upaya. Sebenarnya secara umum kami sedang menyusun berbagai insentif baik itu fiskal maupun non-fiskal. Ada yang sudah berlaku, ada yang belum. Untuk insentif fiskal kami berdiskusi dengan Kementerian Keuangan, bagaimana supaya industri yang sudah berkontribusi menurunkan emisi, kontribusinya bisa dijadikan sebagai dasar misalnya untuk diskon PPN," ungkap Apit.
Apit menerangkan, kebijakan insentif bukan hal yang mudah untuk dirumuskan, karena kebijakan seperti ini tidak bisa one size fits all atau satu ukuran cocok untuk semua.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Pemerintah Akui Harga Cabai Rawit Masih Tinggi di Nataru, Tembus Rp 60.000 per Kg
-
Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Meningkat Hampir Tiga Kali Lipat pada Nataru 2025/2026
-
Insentif Kendaraan Listrik Dihentikan, Untung atau Buntung?
-
Ingin Kuliah Singkat dan Siap Berkarier? Simak Cara Bergabung di Universitas Nusa Mandiri 2026
-
Cek Jembatan Kembar Margayasa Pascabencana, Kementerian PU Bakal Perkuat Tebing Batang Anai
-
Kemenkeu Ungkap Setoran Pajak Digital Tembus Rp 44,55 Triliun per November 2025
-
Bali Katanya Sepi, Tapi Kemenhub Ungkap Jumlah Penumpang Naik
-
Purbaya Resmi Tarik Pajak dari Pelanggan ChatGPT RI
-
Nadi Logistik Pulih! Jalur Khusus Bireuen Aceh Utara Kembali Terhubung, Ekonomi Lintas Timur Bangkit
-
Update Harga Pangan 29 Desember: Bawang, Cabai, Hingga Beras Kompak Turun