Suara.com - PT Bank Permata Tbk (Permata Bank” atau ( BNLI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,6 triliun. Direktur Utama Permata Bank Meliza M. Rusli mengatakan, pencapaian ini tidak lepas dari strategi dalam penguatan fundamental bisnis, inovasi digital, serta peningkatan efisiensi operasional.
"Sebagai bank lokal dengan visi regional dan jaringan global, kami ingin terus memperkuat peran bank dalam mendukung pertumbuhan ekonomi serta nilai tambah bagi nasabah dan pemangku kepentingan," kata dalam Public Expose di Gedung WTC, Jakarta, Jumat (7/3/2025).
Selain itu, Permata Bank membukukan Pendapatan Operasional sebelum Provisi (PPOP) yang tumbuh sebesar 4%.
"Bank secara fokus terus mengedepankan prinsip kehati- hatian dalam mengelola risiko kredit yang terefleksi dengan kualitas kredit yang tumbuh semakin baik," katanya.
Pencapaian ini juga ditopang oleh pengelolaan strategi bisnis yang berkelanjutan dan ditunjang dengan penerapan digitalisasi di operasional bank.
Optimalisasi neraca dan efisiensi bisnis tercermin dari Rasio Loan to Deposit (LDR) yang meningkat ke 83% dibandingkan tahun 2023 sebesar 75%. Total aset tumbuh 0,6% menjadi Rp259 triliun, dengan total simpanan nasabah mencapai Rp185 triliun dan rasio CASA di 55%.
Efisiensi operasional terus ditingkatkan, dengan Rasio Cost to Income (CIR) turun menjadi 50% dari 52% pada tahun 2023.
Permata Bank menerapkan prinsip perbankan prudent, dengan penyaluran kredit tumbuh 9% YoY menjadi Rp155 triliun. Segmen korporasi tumbuh naik 12% YoY menjadi Rp89 triliun, sementara segmen komersial dan konsumer masing-masing tumbuh sebesar 6% dan 4% YoY.
Rasio Gross NPL dan Loan at Risk (LAR) turun pada level 2,1% dan7,9%, dibandingkan 2,9% dan 8,7% pada periode sebelumnya.
Baca Juga: Mengenal Perbankan Konvensional yang Bisa Bikin Untung Keuangan
Lebih lanjut, Permata Bank terus menjaga kebutuhan cadangan atas potensi penurunan risiko kredit secara konservatif, tercermin dari rasio NPL coverage di 375% dan LAR coverage di 97%.
Lalu, Permata Bank memiliki salah satu rasio permodalan terkuat di antara bank komersial terbesar di Indonesia, dengan CAR 35% dan CET-1 26% pada akhir 2024.
Berita Terkait
-
OJK Bentuk Direktorat Perbankan Digital Mulai Tahun 2026, Apa Tugasnya?
-
BTN Catatkan Laba Bersih Rp 2,91 Triliun Hingga November 2025
-
Aset Perbankan Syariah Pecah Rekor Tertinggi, Tembus Rp 1.028 Triliun
-
Analis Ungkap Dampak Penghapusan SLIK Terhadap Perbankan Maupun Perekonomian
-
Laba IRSX Melonjak 1.776 Persen, Pendapatan Top Line Turun
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok