Suara.com - Program pertanian organik PT Sumbawa Timur Mining (STM) tidak hanya berkontribusi terhadap pertanian ramah lingkungan berkelanjutan, tetapi juga berhasil meningkatkan hasil panen para petani binaannya.
Sebagian petani mengaku hasil panennya meningkat sebesar 25—100 persen dengan kualitas produk yang lebih baik. Peningkatan ini tercapai setelah mereka mendapatkan pendampingan intensif dari STM berupa teknik budi daya secara organik, manajemen kelompok, hingga strategi pemasaran.
Tim Community Development STM, Vovia Witni, mengatakan perusahaan selalu berusaha menciptakan dampak nyata dari program yang telah berjalan selama 8 tahun ini.
“Kami berkomunikasi secara aktif dengan para petani binaan, mendapatkan umpan balik mereka, dan terus melakukan perbaikan yang berkelanjutan dalam program pertanian organik. Kami berharap program ini memberi dampak nyata dalam mendukung pengembangan ekonomi masyarakat,” ujar Vovia Witni, dalam keterangannya dikutip Selasa (11/3/2025).
Ia pun mengatakan bahwa tim Community Development STM terbuka untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak.
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Hu’u, Adi Nuryadin, mengapresiasi dukungan STM berupa program pertanian organik intensif bagi para petani lokal.
Menurutnya, perubahan metode pertanian dari konvensional menjadi organik memberikan banyak manfaat, bukan hanya bagi para petani, tetapi juga bagi konsumen dan alam. Pertanian organik lebih sehat, menguntungkan, dan berkelanjutan karena ramah lingkungan.
Menurut Adi, sistem budi daya pertanian yang bergantung pada bahan kimia lama-kelamaan akan menurunkan hasil produksi, serta berpotensi membuat organisme pengganggu tanaman (OPT) berkembang lebih cepat.
“Penggunaan bahan kimia berlebih dapat menyebabkan unsur hara pada tanah berkurang, sehingga keseimbangan pada lingkungan tidak terjaga. Tidak heran jika ada warga yang mudah terserang berbagai penyakit,” ujarnya.
Baca Juga: Bersama Kementan, Kadin All Out Dukung Pertanian Demi Ketahanan Pangan
Adi juga mengatakan, pihaknya bersama Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, siap meningkatkan kolaborasi dengan STM dalam mengembangkan pertanian organik dan mewujudkan ketahanan pangan lokal yang lebih baik.
“Kami siap meningkatkan berkolaborasi untuk mewujudkan pertanian yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, yang pada akhirnya dapat memberi dampak ekonomi bagi para petani,” harap Adi.
Pertanian organik adalah sistem budi daya tanaman yang berfokus pada penggunaan bahan alami tanpa bahan kimia sintetis seperti pupuk buatan, pestisida, hormon pertumbuhan, atau organisme hasil rekayasa genetika.
Tujuan utama pertanian organik adalah menjaga keseimbangan ekosistem, meningkatkan kualitas tanah, serta menghasilkan produk yang sehat dan ramah lingkungan. Program pertanian organik STM berlangsung sejak tahun 2017 dan kini telah memiliki 96 anggota yang tersebar di 7 desa se-Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Salah satu petani binaan STM asal Desa Cempi Jaya, Muhtar, mengatakan bahwa pertanian organik membuat tanaman kacang panjangnya dapat dipanen lebih banyak dalam satu musim tanam. “Dengan pertanian organik ini saya bisa memanen kacang panjang hingga 15 kali, sedangkan metode pertanian sebelumnya yang menggunakan pupuk kimia hanya sebanyak 7 kali panen. Sekarang saya bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak,” ucap Muhtar yang bertani di Dusun Sigi.
Peningkatan hasil panen juga dialami oleh Yasin, petani padi organik yang berasal dari Dusun Daha Barat, Desa Daha. Bibit mentik susu yang ia tanam dan rawat secara organik mampu menghasilkan gabah lebih banyak. “Hasil dari pertanian sebelumnya hanya bisa mencapai 16 karung, sementara dengan pertanian organik ini meningkat menjadi 20 karung. Produksi yang lebih banyak ini telah meningkatkan keuntungan saya," ucap Yasin.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Kemenhub 'Gandeng' TRON: Kebut Elektrifikasi Angkutan Umum, Targetkan Udara Bersih dan Bebas Emisi!
-
Harris Arthur Resmi Pimpin IADIH, Siap Lawan Mafia Hukum!
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina