Suara.com - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan performa cemerlang di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan sore hari ini, rupiah ditutup menguat tajam sebesar 158 poin ke level Rp16.603 per dolar AS, dari posisi sebelumnya di Rp16.758.
Penguatan ini bahkan sempat menyentuh 165 poin di sesi perdagangan sebelumnya.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa penguatan rupiah kali ini tidak lepas dari melemahnya posisi dolar AS di pasar global.
Menurutnya, ketidakpastian kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump memicu kekhawatiran para pelaku pasar dan investor atas prospek pertumbuhan ekonomi global, sehingga banyak investor menarik banyak dananya di negara berkembang.
"Kebijakan tarif Presiden Trump yang berubah-ubah menciptakan ketidakpastian. Pasar menjadi ragu-ragu, dan ini berdampak pada melemahnya dolar AS. Rupiah memanfaatkan momentum ini," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (30/4/2025).
Ibrahim menyoroti bahwa sejumlah data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat dan Tiongkok semakin menambah tekanan terhadap greenback. Data keyakinan konsumen AS, misalnya, turun ke level terendah dalam hampir lima tahun pada April, di tengah kekhawatiran terhadap kebijakan tarif.
"Ini sinyal bahwa konsumen mulai pesimis, dan pasar langsung merespons dengan melepas dolar. Apalagi dengan rencana Trump yang ingin melunakkan tarif otomotif, tapi justru membuat arah kebijakan makin tidak jelas,” kata Ibrahim.
Sementara itu, dari China, data Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi menunjukkan aktivitas manufaktur menyusut lebih dari perkiraan. Eskalasi perang dagang dengan tarif 145 persen dari AS membuat ekspor Tiongkok terpukul, memicu perlambatan di awal kuartal kedua 2025.
"Kondisi ini mencerminkan tekanan global yang tidak bisa dihindari. Tapi Indonesia cukup beruntung karena punya pondasi ekonomi yang relatif kuat," imbuh Ibrahim.
Di sisi domestik, pemerintah Indonesia merespons proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen dari IMF dan Bank Dunia dengan nada optimis. Pemerintah bahkan tetap menargetkan pertumbuhan mencapai 5,2 persen melalui kerja sama lintas sektor dan upaya memperkuat investasi.
Baca Juga: 4 Jenis Uang Rupiah Ini Sudah Tidak Bisa Digunakan
Ibrahim menilai optimisme pemerintah ini menjadi bahan bakar tambahan bagi rupiah untuk tetap tangguh di tengah kondisi yang tidak pasti akibat perang dagang hingga geopolitik.
"Pasar melihat ada sinyal positif dari dalam negeri. Inflasi terkendali, konsumsi tetap kuat, dan pemerintah aktif meninjau regulasi untuk memperlancar investasi. Ini semua menjadi alasan kuat bagi investor asing untuk tetap memegang rupiah," beber dia.
Ia juga mengapresiasi peran aktif Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar, sembari terus berkoordinasi dengan sektor swasta dan lembaga lainnya.
Untuk awal pekan depan, Ibrahim memproyeksikan rupiah masih akan bergerak fluktuatif, namun tetap berpeluang melanjutkan penguatan. Rentang perdagangan diperkirakan berada di kisaran Rp16.540 hingga Rp16.610 per dolar AS.
"Sentimen global akan tetap menjadi penggerak utama. Tapi kalau tren penguatan ini bisa dijaga, ada kemungkinan rupiah menembus support penting di bawah Rp16.600," kata dia.
Meski begitu, Ibrahim tetap mengingatkan agar pelaku pasar waspada terhadap dinamika global yang sangat cepat berubah. Ketegangan geopolitik, data ekonomi baru dari AS, serta arah kebijakan moneter The Fed bisa dengan cepat mengubah arah pasar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Bukan Sekadar Bazaar, PNM Hadirkan Ruang Tumbuh dan Silaturahmi UMKM di PFL 2025
-
Perkuat Sport Tourism dan Ekonomi Lokal, BRI Dukung Indonesia Mendunia Melalui MotoGP Mandalika 2025
-
BRI Dorong UMKM Kuliner Padang Perkuat Branding dan Tembus Pasar Global Lewat Program Pengusaha Muda
-
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Masih Stagnan, BSI Genjot Digitalisasi
-
Bank Mega Syariah Bidik Target Penjualan Wakaf Investasi Senilai Rp 15 Miliar
-
Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
-
Saham Bank Lapis Dua Kompak Rontok, Maybank Indonesia Ambles Paling Dalam
-
OJK Minta Generasi Muda Jangan Awali Investasi Saham dari Utang
-
Daftar Harga Emas Antam Hari Ini, Naik Apa Turun?
-
Aliran Modal Asing yang Hengkang dari Pasar Keuangan Indonesia Tembus Rp 9,76 Triliun