Suara.com - Industri film India mengalami tekanan usai Presiden Trump menerapkan tarif 100% untuk industri film. Padahal Bollywood alais industri film India merupakan pemain penting dalam sinema global dalam mendorong ekonomi negaranya.
Dengan sekitar 40 persen pendapatan luar negerinya berasal dari Amerika Serikat, industri ini khawatir tentang potensi konsekuensi finansial dari pungutan bakal tinggi. Para pembuat film, produser, dan distributor tengah berjuang untuk menilai dampak yang tepat, mengingat kurangnya perincian yang diberikan oleh pemerintahan Trump.
"Pertanyaan sebenarnya adalah bagaimana istilah 'produksi asing' akan didefinisikan, dan sampai itu jelas, sulit untuk mengatakan apa pun," kata pembuat film Anubhav Sinha dilansir dari The Independent, Kamis (8/5/2025).
Industri film India, yang mempekerjakan 272.000 orang, menghasilkan sekitar 20 miliar rupee 237 juta dollar AS dalam pendapatan box office luar negeri pada tahun fiskal 2024. Menurut laporan oleh Deloitte dan Motion Picture Association, memperlihatkan sepersepuluh dari total pendapatan India.
Tidak hanya itu dikhwatirkan, produksi film India ini bisa membuat aktor negara tersebut menurunkan gajinya. Sebab, biaya produksi mahal membuat budget pembayaran pemain aktor dan aktris harus dikurangi. Hal itu bisa terjadi pada aktor mahal seperti Shah Rukh Khan, Salman Khan dan lainnya.
Apalagi, beberapa produksi Hollywood terkemuka telah menampilkan adegan yang difilmkan di India, termasuk film pemenang Oscar seperti Slumdog Millionaire dan Zero Dark Thirty, serta judul-judul populer seperti Eat, Pray Love dan The Dark Knight Rises.
Selain itu, karena tidak adanya rincian mengenai rencana pungutan tersebut, para produser film khawatir hal itu dapat melipatgandakan biaya ekspor film mereka ke Amerika Serikat, di mana jumlah penduduk keturunan India diperkirakan mencapai 5,2 juta orang. Amerika Serikat adalah salah satu pasar luar negeri terpenting bagi sinema India, terutama karena diaspora yang besar.
"Setiap kenaikan harga tiket yang diakibatkan oleh tarif ini akan secara langsung memengaruhi jumlah penonton, memperparah tantangan yang ditimbulkan oleh perilaku konsumen yang terus berkembang dan hambatan industri yang lebih luas, " katanya.
Negara Asia Selatan yang hemat biaya ini juga telah tumbuh dalam status sebagai pusat pilihan Hollywood untuk produksi di lapangan dan layanan pascaproduksi, terutama dalam efek visual, karena menawarkan kumpulan bakat yang terampil.
Baca Juga: Perusahaan Migas Terbesar di Inggris Pilih PHK 250 Karyawan
"Hampir 10 hingga 15 film (asing) direkam di India setiap tahun, dan industri film kita akan sangat terdampak," kata analis perdagangan film Komal Nahta.
Jika tarif tersebut mencakup layanan pascaproduksi, konsekuensinya akan lebih besar, tambah Bhojwani, salah satu pendiri Emmay Entertainment and Motion Pictures.
"Kita dapat memperkirakan potensi penurunan pekerjaan yang dialihdayakan dari studio AS ke India vendor, yang dapat memiliki implikasi penting bagi sektor layanan media India," katanya.
Selain itu, film-film beranggaran besar yang mengandalkan pendapatan luar negeri dapat direstrukturisasi atau dikurangi. Langkah tersebut juga akan merugikan perilisan yang lebih kecil di Amerika Serikat.
"Jika pendapatan dari AS turun, hal itu dapat memengaruhi perencanaan anggaran dan profitabilitas bagi rumah produksi India," kata Pradeep Dwivedi, kepala eksekutif Eros International Media EROS.NS.
"Bahkan penurunan pendapatan sebesar 30 persen untuk film-film skala menengah seperti itu akan menjadi pukulan yang signifikan," kata Raj Kandukuri, produser film.
Berita Terkait
-
Gaji Pensiunan ASN, TNI Dan Polri Taspen Naik Tahun 2025: Cek Faktanya
-
Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Rupiah, Apa Manfaatnya?
-
Apakah Indonesia Pernah Redenominasi Rupiah? Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Uang Rp 1000 Jadai Rp 1, Apa Maksudnya?
-
Good Gesture: Cara Kreatif Ajarkan Literasi Keuangan ke Teman Tuli
Terpopuler
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- Pembangunan Satu Koperasi Merah Putih Butuh Dana Rp 2,5 Miliar, Dari Mana Sumbernya?
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Harga Perak: Turun Tipis Dalam Sepekan, Harga Dunia Menguat
-
Gaji Pensiunan ASN, TNI Dan Polri Taspen Naik Tahun 2025: Cek Faktanya
-
AADI Tebar Dividen Interim Rp4,17 Triliun, Potensi Rp 536 per Saham: Cek Jadwalnya
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
Harga Emas Stabil di US$ 4.000, Apakah Bisa Tembus Level US$ 5.000?
-
Prediksi Bitcoin: Ada Proyeksi Anjlok US$ 56.000, Analis Yakin Sudah Capai Harga Bottom
-
Bocoran 13 IPO Saham Terbaru, Mayoritas Perusahaan Besar Sektor Energi
-
MEDC Kini Bagian dari OGMP 2.0, Apa Pengaruhnya
-
Industri Pelayaran Ikut Kontribusi ke Ekonomi RI, Serap Jutaan Tenaga Kerja
-
Emiten CGAS Torehkan Laba Bersih Rp 9,89 Miliar Hingga Kuartal III-2025