Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal untuk minggu yang berakhir pada 3 Mei tercatat 228.000, lebih rendah dari estimasi konsensus 230.000 dan menurun dari data sebelumnya sebesar 241.000.
Data ini memberikan sinyal positif bagi The Fed bahwa kondisi ekonomi AS tetap solid, sekaligus memperkuat sikap hati-hati bank sentral dalam menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers pada Rabu menyatakan bahwa pihaknya tidak tergesa-gesa dalam menurunkan suku bunga, memperkuat pandangan bahwa suku bunga tinggi kemungkinan bertahan lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya.
Meski begitu, pasar swap masih memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC bulan Juli, dan dua pemotongan tambahan menjelang akhir tahun.
Menariknya, di tengah tren penurunan harga emas, beberapa bank sentral global justru menambah cadangan emas mereka. Dewan Emas Dunia melaporkan bahwa pada bulan April, Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) menambah 2 ton emas, memperpanjang tren akumulasi selama enam bulan berturut-turut.
Bank Sentral Polandia (NBP) bahkan membeli 12 ton emas, sehingga total cadangannya menjadi 509 ton, sementara Bank Nasional Ceko menambah 2,5 ton cadangan emas bulan lalu.
Dari sisi teknikal, prospek jangka pendek emas terlihat bearish. Penurunan harga di bawah level USD3.400 membuka jalan bagi tekanan lebih lanjut, dengan support kritis berikutnya berada di USD3.300. Jika level ini tertembus, emas berpotensi melemah hingga ke level terendah siklus pada 1 Mei di USD3.202.
"Momentum jangka pendek menunjukkan pembeli mulai kehilangan tenaga," ungkap seorang analis teknikal. "Indeks Kekuatan Relatif (RSI) mulai mengarah ke zona oversold, yang mencerminkan tekanan jual masih dominan."
Namun demikian, jika terjadi pembalikan arah dan harga mampu menembus kembali USD3.350, maka peluang untuk retest ke USD3.400 masih terbuka.
Baca Juga: Emas Antam Turun Harga Hari Ini, Jadi Rp1.953.000/Gram
Pelaku pasar kini mengalihkan perhatian ke pertemuan penting antara delegasi dagang Amerika Serikat dan Tiongkok yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu mendatang di Swiss. Pertemuan ini akan membahas kebijakan tarif dan bisa menjadi katalis besar berikutnya bagi arah harga emas dan sentimen pasar secara keseluruhan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
Terkini
-
Amman Mineral Dapat Restu Pemerintah untuk Ekspor Konsentrat Tembaga
-
GMFI Siap Gelar Right Issue Sekaligus Inbreng Lahan dari API Rp 5,66 Triliun
-
Prabowo Minta DHE Ditinjau Ulang, BI: Bagus Untuk Dukung Stabilitas Rupiah
-
Bahlil Mau Nyontek Penerapan BBM Campur Etanol dari Brasil
-
Tumbuh 10,6 Persen, BTN Bukukan Laba Bersih Rp 2,3 Triliun Hingga Kuartal III-2025
-
IHSG Melemah Tipis, Perang Dagang Masih Jadi Pemicu
-
Oknum Pajak Semarang Palak Rp300 Juta, Menkeu Purbaya Heran Masih Ada Pungli
-
Pegadaian Raih Best Innovation Lewat ATM Emas, Perkuat Posisi Gold Ecosystem Leader di Indonesia
-
Wajib Pajak 'Diperas' Oknum Rp10 Juta, Menkeu Purbaya Geram
-
Koperasi dan UMKM Jadi Prioritas Kelola Tambang, Pemerintah Dorong Pemerataan Ekonomi