Suara.com - Kecerdasan buatan (AI) membuat pekerjaan yang selama ini ada bakal menghilang baik cepat maupun lambat.
Bahkan, ratusan ribu pekerjaan disebut telah hilang dikarenakan banyaknya penggunaan AI yang digunakan perusahaan-perusahaan.
Dilansir dari News Trade U, pekerjaan yang akan hilang pada tahun ini berjumlah 432 ribu.
Hal itu sudah terlihat di beberapa perusahaan seperti Microsoft, IBM, Apple, Duolingo, Dropbox, dan beberapa menggunakan AI dan memangkas karyawan manusianya.
Padahal, janji bahwa AI akan menciptakan pekerjaan baru tidak memberikan banyak kenyamanan bagi keluarga yang menghadapi kehancuran finansial langsung.
Apalagi, pilihan yang dihadapi pekerja bukanlah apakah akan beradaptasi dengan A. Melainkan apakah mereka dapat beradaptasi cukup cepat untuk bertahan dalam transisi tersebut.
Tentunya AI akan merenggut manusia lebih cepat, daripada masyarakat dapat melatih mereka untuk masa depan yang tidak pasti.
Selain itu, masa depan pekerjaan tidak akan segera datang hingga menghancurkan karier di seluruh Amerika serta beberapa dunia.
Para eksekutif teknologi berjanji bahwa kecerdasan buatan akan menciptakan peluang baru, namun kenyataan pahit sedang terjadi di ruang rapat perusahaan dan pemecatan karyawan di mana-mana.
Baca Juga: Harga di Balik Inovasi AI: Ada Lonjakan Emisi yang Terus Membebani Bumi
Lebih dari 22 ribu pekerja teknologi telah diberhentikan secara global pada tahun 2025, menyusul 150 ribu PHK teknologi pada tahun 2024 dan 260 ribu pekerjaan federal dihilangkan, dengan banyak perusahaan dan DOGE secara eksplisit menyebut AI sebagai faktor pendorong.
Sedangkan, jumlah total penghapusan pekerjaan khusus AI di semua industri tidak dilacak secara pasti.
Perusahaan besar seperti IBM, Microsoft, pemerintah AS, dan lainnya telah menghilangkan ribuan posisi saat menerapkan sistem AI.
Kenyataannya hal ini bukan ancaman yang jauh atau transisi bertahap, namun kenyataan ini merupakan restrukturisasi tenaga kerja Amerika yang cepat dan brutal.
Ini bukan sekadar statistik—ini mewakili keluarga, hipotek, dan mimpi yang hancur oleh algoritma.
Forum Ekonomi Dunia melaporkan bahwa 41 persen pengusaha di seluruh dunia bermaksud mengurangi tenaga kerja mereka karena otomatisasi AI.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya