Suara.com - Harga beras di beberapa daerah, khususnya di Indonesia Timur, terpantau melambung tinggi bahkan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Menanggapi kondisi ini, Badan Pangan Nasional (NFA) bergerak cepat dengan mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) beras dan langkah stabilisasi harga lainnya.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa, mengakui adanya kenaikan harga beras yang signifikan.
"Kami mencermati betul dinamika harga beras dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan data panel harga pangan, terdapat peningkatan harga di sejumlah kabupaten/kota, dengan beberapa wilayah, terutama di Indonesia Timur, menunjukkan harga yang berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET)," ujar Ketut kepada wartawan, Kamis 12 Juni 2025.
Sebagai gambaran, rata-rata harga beras di wilayah zona III (Maluku dan Papua) saat ini tercatat Rp 19.634 per kilogram, naik tipis 0,29 persen dibanding Mei 2025.
Perbedaan kondisi pasokan antarwilayah ini membutuhkan penanganan khusus agar masyarakat tidak semakin terbebani.
Bansos Beras 10 Kilogram Siap Disalurkan
Untuk meredam gejolak harga, NFA akan mempercepat implementasi dua skema utama pada Juni dan Juli 2025.
Pertama, bantuan pangan berupa beras sebanyak 10 kilogram per bulan akan disalurkan kepada 18,3 juta keluarga penerima manfaat.
Baca Juga: Bansos Penebalan Tambahan Rp400 Ribu per Orang dari Kemensos Cair Juni, Ini Kriteria yang Berhak
Saat ini, proses verifikasi dan finalisasi anggaran tengah diselesaikan agar distribusi dapat segera dimulai.
"Bantuan pangan beras ini bukan hanya upaya menjaga keterjangkauan pangan bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat miskin, tetapi juga bagian dari strategi stabilisasi sosial yang diharapkan dapat membantu masyarakat menghadapi fluktuasi harga," jelas Ketut.
Perbaikan Distribusi
Selain bansos, NFA juga terus gencar melaksanakan Gerakan Pangan Murah (GPM).
Hingga pekan kedua Juni ini, sudah ada 288 kegiatan GPM yang dilaksanakan di 17 provinsi dan 99 kabupaten/kota, mencakup kegiatan nasional maupun lokal.
Tak hanya itu, NFA juga berfokus pada perbaikan sistem pencatatan stok dan transaksi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen