Suara.com - Penyerderhanaan atau reformasi menyeluruh terhadap struktur tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) memang harus dilakukan pemerintah. Hal ini untuk menghindari penghindaran pajak, dan menurunkan efektivitas kebijakan pengendalian konsumsi rokok
Koordinator Perencanaan Fiskal, Moneter, dan Sektor Keuangan Bappenas, Ibnu Ahmadsyah, menyebut bahwa penyederhanaan struktur tarif cukai dan penerapan kebijakan cukai multi-year telah menjadi bagian dari strategi fiskal nasional.
"Simplifikasi struktur tarif cukai hasil tembakau, serta perbaikan tata kelola cukai hasil tembakau untuk peningkatan kesehatan masyarakat dan pendapatan negara," ujar Ibnu di Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Ia juga menekankan bahwa struktur tarif yang kompleks saat ini memberi ruang bagi penghindaran pajak dan melemahkan efektivitas pengawasan.
Oleh karena itu, arah kebijakan cukai ke depan diharapkan mengacu pada empat pilar utama, pengendalian konsumsi, peningkatan penerimaan negara, perlindungan tenaga kerja, dan pemberantasan rokok ilegal.
"Restrukturisasi CHT berdasarkan kebijakan yang berkesinambungan arahnya diharapkan semakin mengerucut, tarifnya bisa disederhanakan. Kalau struktur yang sekarang ada celah tax avoidance," imbuhnya.
Sementara, Project Lead Tobacco Control dari CISDI, Beladenta Amalia, menegaskan bahwa struktur tarif yang berlapis justru kontraproduktif terhadap pengendalian konsumsi dan penerimaan negara.
"Sekarang cukai kita punya banyak layer sehingga kenaikan cukai saja tanpa ada simplifikasi tetap membuat harga rokok di pasaran bervariasi. Tetap ada rokok murah, tetap saja nanti downtrading. Makanya kita mendorong untuk optimalisasi itu sebenarnya dengan simplifikasi juga," paparnya.
CISDI dalam kajiannya merekomendasikan agar struktur tarif CHT disederhanakan menjadi hanya 3–5 layer pada tahun 2029. Beladenta juga menyebut bahwa penerapan kebijakan multi-year akan memberi kepastian bagi pelaku industri sekaligus memperkuat arah kebijakan pengendalian konsumsi.
Baca Juga: Produktivitas Industri Tembakau Merosot Imbas Kebijakan Cukai Rokok
Di sisi lain, tren konsumsi masyarakat terhadap produk rokok menunjukkan kecenderungan menurun ke rokok yang lebih murah. Hal ini berpotensi menggerus penerimaan negara.
Data Kementerian Keuangan mencatat, produksi rokok Golongan I yang dikenai tarif cukai tertinggi turun lebih dari 10 persen, dari 38,9 miliar batang pada tahun lalu menjadi 34,7 miliar batang pada kuartal I/2025. Sebaliknya, produksi rokok Golongan II dan III naik masing-masing sebesar 1,3 persen dan 7,4 persen.
Perubahan pola konsumsi tersebut dinilai sebagai dampak dari kenaikan tarif CHT sejak 2020. Pemerintah telah menaikkan tarif cukai sebesar 23 persen pada 2020, 12 persen pada 2021, serta 10 persen pada 2023 dan awal 2024. Lonjakan harga, khususnya pada produk rokok Golongan I, mendorong konsumen beralih ke rokok yang lebih murah atau bahkan rokok ilegal.
"Kalau ada rokok ilegal, akhirnya tetap saja yang merokok banyak, tapi negara tidak dapat cukai," imbuh Beladenta.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Investor Asing Borong Pasar Saham, SBN dan SRBI Rp 14,08 Triliun di Awal Desember
-
Rumah Murah Hadir di Purwakarta, Harganya Mulai di Bawah Rp 100 Juta
-
Indodax Ungkap Fokus Utama Perkuat Industri Aset Kripto RI
-
ESDM Ungkap Sejumlah SPBU BBM di Aceh-Sumut Mulai Beroperasi Normal, Cek Lokasinya
-
Syarat Dokumen KJP Pasar Jaya 2025 untuk Ambil Bansos Subsidi
-
ExxonMobil Buka Layanan Bunkering Mobil Diesel Rendah Sulfur di Kalimantan
-
ASN Bisa Naik Pangkat Tiap Bulan Mulai 2025, Ini Syaratnya
-
LPS Siap Jamin Polis Asuransi Mulai 2027
-
Perintah Habis Magrib Prabowo: Dasco Dilarang Absen, UMP 2026 Jadi Pertaruhan
-
PTAR Pengelola Tambang Emas Martabe di Tapsel, Hentikan Operasi Sementara!