Suara.com - Boeing (BA.N) mengirimkan penawaran kontrak kepada anggota serikat pekerja. Lantaran, perusahaan tengah merakit jet tempurnya di wilayah St. Louis.
Dilansir dari Reuters, proposal perusahaan tersebut mencakup kenaikan upah umum sebesar 20% selama empat tahun dan bonus ratifikasi sebesar 5.000, dolar AS atau sekitar Rp81 juta. Selain bonus, perusahaan juga mengizinkan karyawan mempunyai lebih banyak waktu liburan dan cuti sakit.
Divisi pertahanan Boeing sedang memperluas fasilitas manufaktur di wilayah St. Louis untuk pesawat tempur Angkatan Udara AS yang baru, F-47, setelah memenangkan kontrak awal tahun ini. Perusahaan ini juga diperkirakan akan memperluas tenaga kerjanya di tahun-tahun mendatang.
Tidak hanya membuat jet tempur, Boeing telah memulai produksi pesawat pengangkut barang terbarunya dengan kode 777-8. Pesawat ini, yang memiliki daya angkut sebesar 112,3 ton.
Boeing saat itu menyatakan bahwa Qatar Airways akan menjadi pelanggan pertama, dengan pesanan 34 jet dan opsi untuk 16 jet lagi, dengan total harga pembelian sebesar 20 miliar dolar AS.
Meskipun Boeing awalnya mengatakan akan mengirimkan pesawat pertama pada tahun 2027, jadwalnya telah diundur satu tahun, menurut laporan tersebut.
Pesawat kargo 777-8 memiliki biaya operasional per ton terendah, efisiensi bahan bakar tertinggi, dan emisi karbon dioksida terendah di antara keluarga pesawat 777X.
Sebagai informasi, Boeing Co. memperkirakan maskapai penerbangan di seluruh dunia akan membutuhkan sekitar 43.600 pesawat baru dalam 20 tahun mendatang.
Permintaan terbesar diprediksi berasal dari pasar seperti China dan Asia Tenggara, seiring dengan meningkatnya kesejahteraan yang memungkinkan lebih banyak orang untuk bepergian.
Baca Juga: Bos Garuda Blak-blakan Soal Dana Pembelian 50 Pesawat Boeing, Erick Thohir Disebut Setuju
Meski demikian, produsen pesawat asal Amerika Serikat ini sedikit lebih konservatif dibandingkan proyeksi setahun lalu, ketika mereka memperkirakan kebutuhan mencapai 43.975 pesawat.
Penurunan tipis ini mencerminkan penyesuaian terhadap ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang kini lebih hati-hati.
Meskipun perang dagang dan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump tengah mengguncang perekonomian dunia, industri penerbangan dinilai tetap tangguh menghadapi berbagai krisis dan gejolak geopolitik selama beberapa dekade terakhir, termasuk pandemi corona yang sempat membuat armada pesawat di seluruh dunia tidak beroperasi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Waspada Gangguan Lanjutan, Ini Alasan Sinkronisasi Listrik Aceh Tidak Bisa Cepat
-
Rupiah Mulai Bangkit, Didukung Pemangkasan Suku Bunga The Fed
-
Krisis BBM SPBU Swasta, Akankah Terulang Tahun Depan?
-
Harga Emas Antam Lebih Mahal Rp 15.000 Hari Ini, Jadi Rp 2.431.000 per Gram
-
IHSG Lagi-lagi Melesat Pagi Ini, Betah di Level 8.700
-
Bocoran Saham IPO Awal 2026, Ada Emiten Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro
-
RI Raup USD 10 Juta dari Jualan Produk Halal di Jepang
-
Mandiri BFN Fest 2025 Dibuka: Industri Fintech Bidik Kepercayaan Publik dan Inklusi Keuangan
-
Wamentan Sudaryono Pastikan Pemulihan Sawah Terdampak Bencana di 3 Provinsi, Tanah Bisa Diolah Lagi
-
IHSG Berpotensi Rebound ke Level 8.750 di Tengah Sinyal Hawkish The Fed