Suara.com - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyebut pemerintah akan meredam harga beras dengan operasi pasar. Gelaran operasi pasar ini akan berlanjut hingha Desember 2025.
Amran mengakui, harga beras memang tengah alami kenaikan, bahkan di atas Harga Eceran Tertinggi. Maka dari itu, operasi pasar diharapkannya bisa membuat harga beras stabil.
"Kita operasi pasar, itu sampai Desember kita siapkan," ujarnya di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Dalam operasi pasar itu, jelas Amran, akan digelontorkan 1,3 juta ton beras yang kini berada di Perum Bulog. Selain itu ada tambahan 300.000 ton yang bagian dari bantun pangan berupa beras.
Ia membuktikan, bahwa dengan penggelontoran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) itu bisa menurunkan harga beras.
Terlebih, Amran menilai, beras SPHP tidak kalah jauh kualitasnya dengan beras premium.
"Jadi, (Beras SPHP) broken-nya cuma 5 persen, ada yang 10 persen, tapi harganya Rp 12.500. Kemarin premium broken-nya berapa? Sekitar 30-40 persen, tapi harganya Rp 18.000. Pasti masyarakat lebih senang (beras SPHP)," imbuhnya.
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas) berasalan kurangnya penyaluran Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) menjadi biang kerok harga beras di pasaran belum turun.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan saat ini penyaluran SPHP baru berlangsung, bahkan penyalurannya di bawah 5.000 ton.
Baca Juga: Nggak Perlu Khawatir, Beras Oplosan Ternyata Aman Dikonsumsi
"Baru keluar. Keluarnya nggak banyak Baru kemarin terakhir 3.000 ton," ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Menurut Arief, memang pada bulan Juni-Juli harga beras akan terkerek naik, sebab produksi beras minim pada periode tersebut. Maka dari itu, dirinya akan mempercepat penyaluran beras SPHP ke pasaran, sehingga harga beras bisa turun.
Kemudian, pemerintah juga meredam harga beras saat ini dengan bantuan pangan berupa beras yang digelontorkan untuk 18 juta keluarga penerima manfaat yang masing-masing 20 kilogram.
"Pada bulan Juni-Juli itu produksinya itu turun bisa jadi dekat-dekat 2,5 juta ton, kalau di bulan Maret-April itu di atas 5 juta ton. Pada itu Pada saat produksi gabah itu turun maka harga akan naik, Pada saat produksi turun maka harga akan turun, Kalau harga gabah naik maka harga beras akan naik,Itu jawabannya," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok