Suara.com - Biaya hidup di kota-kota besar yang makin mencekik, sementara pendapatan terasa jalan di tempat, menjadi keluhan umum bagi generasi muda usia 18-45 tahun.
Banyak yang merasa terjebak dalam siklus kerja keras hanya untuk bertahan hidup, tanpa bisa membangun fondasi finansial yang kokoh.
Fenomena kelas menengah yang semakin tergerus dan turun kelas menjadi bukti nyata tekanan ekonomi ini. Tanda bahaya finansial pun perlu diketahui.
Bukan lagi sekadar pertanyaan "apakah Anda termasuk kelas bawah?", tetapi lebih kepada mengenali tanda-tanda peringatan atau red flag finansial yang menunjukkan Anda berada dalam posisi ekonomi yang rentan.
Mengidentifikasi sinyal ini adalah langkah awal untuk tidak terjerumus lebih dalam.
Penentuan kelas ekonomi seringkali didasarkan pada besaran pengeluaran.
Badan Pusat Statistik (BPS) menetapkan Garis Kemiskinan (GK) per September 2024 sebesar Rp595.242 per kapita per bulan.
Jika pengeluaran rata-rata per bulan di bawah angka itu, seseorang masuk kategori miskin.
Namun, di luar angka statistik tersebut, ada beberapa kondisi riil yang menjadi sinyal bahaya.
Baca Juga: Literasi Finansial Digital, Kunci Hadapi Hoaks dan Misinformasi Aplikasi Keuangan
Berikut adalah tujuh red flag finansial yang perlu Anda waspadai, diadaptasi dari berbagai indikator ekonomi.
1. Karier Mentok di Gaji UMR
Pekerjaan adalah tolok ukur utama. Jika Anda bertahun-tahun terjebak dalam pekerjaan dengan upah minimum, minim jenjang karier, atau berstatus sementara, ini adalah tanda bahaya besar.
"Anda dianggap berada di kelas menengah jika bekerja dalam posisi manajerial atau pekerjaan spesialis," kata Nathan Brunner, CEO Salarship.
Pekerjaan kerah biru seperti pelayan restoran, pegawai ritel, atau pekerja manufaktur seringkali menempatkan seseorang di tingkat ekonomi yang lebih rendah.
2. Dilema Pendidikan dan Biaya
Akses terhadap pendidikan tinggi seringkali terhalang oleh biaya yang selangit. Bagi sebagian orang, melanjutkan kuliah adalah sebuah kemewahan yang tidak terjangkau.
Ketika biaya pendidikan menjadi penghalang utama untuk mendapatkan keahlian yang bisa meningkatkan pendapatan di masa depan, ini menjadi indikator kuat kerentanan ekonomi.
3. Sulit Mengakses Tempat Tinggal Layak
Tempat tinggal adalah salah satu pos pengeluaran terbesar. Jika Anda kesulitan menyewa atau memiliki hunian yang nyaman dan aman di lingkungan yang layak, ini bisa menjadi sinyal bahwa kondisi finansial Anda sedang tidak sehat.
Keterbatasan ini seringkali memaksa seseorang untuk tinggal di lokasi yang jauh dari pusat ekonomi dengan fasilitas minim.
4. Nihil Tabungan dan Dana Pensiun
Hidup dari gaji ke gaji tanpa bisa menyisihkan uang untuk tabungan atau dana darurat adalah red flag yang sangat jelas.
Apabila Anda tidak memiliki tabungan yang cukup dan juga rencana pensiun, dapat dipastikan Anda termasuk dalam golongan rentan.
Laporan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bahkan menunjukkan simpanan di bawah Rp 100 juta mengalami kontraksi, menandakan daya beli kelas menengah tertekan.
5. Terjerat Utang Konsumtif
Berbeda dengan utang produktif untuk aset, utang konsumtif seperti cicilan gadget terbaru, pinjaman online untuk gaya hidup, atau kartu kredit yang membengkak adalah tanda pengelolaan uang yang buruk.
Banyak anak muda terjebak dalam kebiasaan ini demi mengikuti tren, padahal hal tersebut menggerus kesehatan finansial jangka panjang.
6. Gaya Hidup Terbatas
Apakah Anda harus berpikir seribu kali untuk sekadar makan di luar, membeli barang baru, atau berlibur setiap tahun?
Ketika pengeluaran untuk hiburan dan rekreasi dianggap sebagai kemewahan yang mustahil, ini menunjukkan bahwa pendapatan Anda hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan paling mendasar.
7. Kurangnya Literasi Keuangan
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi generasi muda adalah kurangnya literasi keuangan. Keterbukaan akses ke produk keuangan digital tidak diimbangi dengan pemahaman akan risikonya.
Tanpa pengetahuan yang cukup, banyak yang rentan terhadap keputusan finansial impulsif dan jatuh ke dalam masalah keuangan yang lebih pelik.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Update Harga Pangan 29 Desember: Bawang, Cabai, Hingga Beras Kompak Turun
-
Bahlil Sebut Stok BBM RI Aman 20 Hari Kedepan
-
OJK Buka Skema Asuransi Kredit, Pindar Didorong Tumbuh Lebih Sehat
-
Kilang Balikpapan Beres, Bahlil Yakin Indonesia Tak Perlu Impor Solar Lagi
-
Aturan Rekening Dormant Berdasarkan Regulasi OJK Terbaru
-
Logistik Aceh Kembali Bernapas: Jembatan Bailey Krueng Tingkeum Resmi Difungsikan
-
Jelang Tutup Tahun, Transaksi Tokopedia & TikTok Shop Melonjak Hingga 58 Persen
-
Akses Jalan Nasional Aceh Mulai Normal, Kementerian PU Kebut Pemulihan Pascabanjir dan Longsor
-
Batas Pencairan BLT Kesra 31 Desember 2025, Penerima Diimbau Segera Ambil Dana
-
Skema Single Salary ASN PPPK dan Simulasi Gaji