- Warga negara pembayar pajak dan diaspora Indonesia menyoroti kondisi terkini Tanah Air dengan prihatin.
- Protes warga justru direspons dengan dijogetin.
- Minta pemerintah perbaiki demokrasi.
Suara.com - Sebuah forum diskusi yang mengumpulkan para warga negara pembayar pajak dan diaspora Indonesia menyoroti kondisi terkini Tanah Air dengan nada keprihatinan mendalam. Mereka mendesak agar pemerintah mengambil langkah substantif untuk merespons ketidakpuasan publik dan memperbaiki demokrasi yang dinilai semakin tertutup.
Diskusi yang dipandu oleh mantan Komisioner KPK, Chandra Marta Hamzah, ini menghadirkan akademisi, aktivis, dan wartawan senior. Narasumber luring Shofwan Al Banna Choiruzzad (dosen HI UI) dan narasumber daring Anthony Paulo Sunjaya (akademisi di UNSW Sydney) kompak menyuarakan keprihatinan mereka.
Anthony Paulo Sunjaya, mewakili diaspora di Australia, menekankan pentingnya respons segera dari pemerintah. Ia mendesak pembentukan tim pencari fakta independen untuk menginvestigasi pelanggaran HAM yang terjadi di lapangan.
"Reaksinya jangan hanya bersifat reaktif, tapi harus substansial, menyentuh akar masalah," tegas Anthony pekan ini.
Ia dan para diaspora juga mendesak agar pemerintah menjauhi pendekatan militeristik dan intervensi aparat yang terlalu dalam dalam menangani isu keamanan, apalagi sampai mengarah ke Darurat Sipil.
Di Australia, muncul gerakan "Canberra Bergerak" sebagai bentuk frustrasi karena pemerintah dinilai tidak kunjung mengambil momentum untuk berbenah. Avina Nadhila, mahasiswi S3 di Australian National University, menyuarakan kekecewaan ini dengan keras.
"Masak rakyat harus ada yang mati terlebih dulu agar didengar? Maka, teruslah berisik agar didengar!" serunya.
Shofwan Al Banna Choiruzzad memaparkan bahwa kondisi dalam negeri saat ini ditandai dengan meningkatnya ketidakpastian (uncertainty) dan anjloknya kepercayaan (trust) rakyat terhadap kinerja pengurus negara. Menurutnya, melemahnya institusi menyebabkan disfungsi mekanisme demokrasi.
"Disfungsi mekanisme demokrasi membuat suara rakyat jadi tidak lagi relevan. Alhasil, setiap muncul kekecewaan atau ketidakpuasan rakyat, alih-alih tidak punya kecakapan menanggapi, eh, malah dijogetin," sindir Shofwan, mengkritik respons pemerintah yang dianggap tidak serius.
Baca Juga: Ambang Batas Penghasilan Tak Kena Pajak Perlu Dinaikkan, Obati Daya Beli Menurun
Wartawan senior Budiman Tanuredjo menyoroti disfungsi instrumen demokrasi. Ia mengamati, hampir semua aparatus demokrasi seperti partai politik dan organisasi massa justru berdiam diri selama unjuk rasa. Ia menekankan perlunya konsolidasi semua tuntutan yang muncul, mulai dari "17+8" hingga Gerakan Nurani Bangsa.
Untuk menjawab krisis kepercayaan ini, Budiman dan narasumber lain mengusulkan solusi struktural: pembentukan tim atau 'komite reformasi' independen. Komite ini harus diisi oleh orang-orang dengan integritas tinggi dan memiliki otoritas kuat untuk mengawal tuntutan, mereformasi semua lini pemerintahan, serta bertindak sebagai tim pencari fakta.
Menutup diskusi, Chandra Marta Hamzah mengingatkan semua pihak di pemerintahan—legislatif, yudikatif, dan eksekutif untuk segera membenahi diri agar lebih profesional dan berintegritas.
"Cukup sudah yang kayak begitu. Mari koreksi total," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Diresmikan Prabowo, Jembatan Ini Habiskan 10 Ribu Ton Semen
-
Akhir Tahun jadi Berkah Buat Industri Logistik
-
IHSG Turun Dibayangi The Fed, Ini Analisis Rekomendasi Saham Trading Jumat 12 Desember
-
CPNS 2026 Diutamakan untuk Fresh Graduate, Menpan-RB Ungkap Alasannya
-
Ancam Rumahkan 16 Ribu Pegawai Bea Cukai, Purbaya Sebut Perintah dari 'Bos Atas'
-
SHIP Tambah 1 Armada VLGC Perluas Pasar Pelayaran Migas Internasional
-
Mentan Amran Pastikan Pemerintah Tangani Penuh Pemulihan Lahan Pertanian Puso Akibat Bencana
-
Strategi Asabri Hindari Fraud dalam Pengelolaan Dana Pensiun
-
Bisnis Properti di Negara Tetangga Tertekan, Fenomena Pajak Bisa Jadi Pelajaran
-
Manuver Purbaya Tarik Bea Keluar Emas, Ini Efeknya Versi Ekonom UI