Bisnis / Keuangan
Senin, 08 September 2025 | 06:37 WIB
BBCA
Baca 10 detik
  • Saham BBCA prospektif investasi jangka panjang.
  • Fundamental bank kuat, laba bersih tumbuh.
  • Saham BBCA anjlok akibat jual asing.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dinilai masih sangat prospektif untuk investasi jangka menengah dan panjang.

Pandangan positif ini datang dari berbagai broker, termasuk CLSA, yang menyoroti kuatnya pendanaan bank dan penerapan manajemen risiko yang tepat sasaran. Berdasarkan riset terbaru, CLSA bahkan memberikan rekomendasi positif dengan target harga yang ambisius.

Menurut riset CLSA yang dipublikasikan pada Sabtu (6/9/2025), BBCA memiliki rekam jejak yang solid dalam mengelola pendanaan.

Kekuatan ini bersumber dari layanan prima yang diberikan kepada nasabah, terutama dalam hal pembayaran dan penyelesaian transaksi. Hal ini menjadikan BBCA sebagai "bank bereputasi terbaik dalam hal transaksi," menurut CLSA.

Selain mengandalkan layanan prima, BBCA terus berinvestasi pada platform digital untuk mendukung berbagai transaksi perbankan.

Langkah ini dinilai sebagai strategi jitu untuk menjaga kinerja di tengah tantangan kondisi makroekonomi yang fluktuatif. Keberhasilan strategi ini tercermin dari laporan keuangan per Juni 2025, di mana BBCA mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 8 persen menjadi Rp29 triliun.

Selain CLSA, UOB Kay Hian Sekuritas juga tetap merekomendasikan BBCA sebagai saham pilihan untuk periode September 2025, bersama dengan nama-nama besar lain seperti Sarana Armada Tbk. (ASSA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI).

Alasan utama UOB Kay Hian tetap optimis terhadap BBCA adalah kinerja bank yang dinilai tangguh.

"Dalam cakupan kami, BBCA ditambahkan karena terus mencatatkan kinerja tangguh di antara empat bank besar dengan laba bersih 7 bulan pertama tahun ini tumbuh 10,5% YoY, sementara bank lain mencatatkan pertumbuhan negatif," tulis riset UOB Kay Hian.

Baca Juga: Review ANTM: Kinerja Cukup Solid, Saham Layak Dibeli?

Arus Jual Asing Deras, Saham BBCA Paling Terkena Dampak

Di sisi lain, pergerakan investor asing di pasar saham Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Pada awal September 2025, terjadi arus dana asing keluar yang sangat deras.

Saham BBCA menjadi target utama penjualan, dengan nilai jual bersih mencapai Rp4,29 triliun hanya dalam sepekan terakhir.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), total net sell asing mencapai Rp305,18 miliar pada perdagangan akhir pekan, Kamis (4/9/2025).

Secara mingguan, angka ini membengkak hingga Rp5,3 triliun, dan secara year-to-date (sepanjang tahun berjalan), total net sell asing sudah mencapai Rp55,12 triliun.

Dampak dari penjualan masif ini terlihat pada harga saham BBCA. Pada penutupan perdagangan Kamis (4/9/2025), harga saham BBCA berada di level Rp8.000, yang menunjukkan koreksi sebesar 19,19% sejak awal tahun 2025.

Meskipun menghadapi tekanan jual yang signifikan, rekomendasi positif dari UOB Kay Hian menunjukkan keyakinan sebagian analis terhadap fundamental BBCA yang solid, terlepas dari sentimen pasar jangka pendek.

Potensi Dividen Besar

CLSA juga memuji BBCA sebagai salah satu bank yang paling berhati-hati di Indonesia. Bank ini memiliki standar penyaluran kredit yang ketat, memungkinkan mereka mengelola risiko dengan baik tanpa harus mengorbankan pertumbuhan.

Kualitas manajemen risiko ini sudah teruji saat pandemi Covid-19, di mana kualitas aset BBCA terbukti lebih baik dibandingkan para pesaingnya.

Dengan fundamental yang kuat, CLSA mempertahankan rekomendasi "outperform" untuk saham BBCA dengan target harga Rp12.100, yang menunjukkan potensi kenaikan lebih dari 50 persen dari posisi saat ini di Rp8.000. CLSA memprediksi ROE (Return on Equity) BBCA akan mencapai 21 persen.

Selain itu, rasio kecukupan modal BBCA yang sangat kuat, mencapai 28,4 persen, membuka peluang besar bagi bank untuk membagikan dividen yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan, menjadikannya pilihan menarik bagi para investor.

Desclaimer: Redaksi hanya menyajikan data dan berita. Keputusan dan risiko ada di tangan pembaca atas investasi yang dilakukan.

Load More