Bisnis / Keuangan
Selasa, 09 September 2025 | 09:17 WIB
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • IHSG Dibuka Melemah Tapi Langsung Bergerak Naik di Perdagangan Awal Sesi
  • IHSG Diproyeksi Bergerak Melemah
  • Mayoritas Indeks Saham Asia Menguat
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan awal Selasa, 4 September 2025. IHSG melemah ke level 7.748.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia, pelemahan itu hanya sementara karena pukul 09.04 WIB langsung menghijau ke level 7.775 atau naik 0,11 persen.

Pada perdagangan pada waktu itu, sebanyak 2,1 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,20 triliun, serta frekuensi sebanyak 170.400 kali.

Dalam perdagangan di waktu tersebut, sebanyak 248 saham bergerak naik, sedangkan 238 saham mengalami penurunan, dan 470 saham tidak mengalami pergerakan.

Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Adapun, beberapa saham yang menjadi Top Gainers pada waktu itu diantaranya, AMFG, ANTM, BBTN, BREN, CBDK, INCO, INDY, JSPT, LION, MDKA, POLU/

Sementara saham-saham yang terdaftar top Looser di perdagangan waktu itu diantaranya, ADESS, ADMF, CASS, CMRY, DSSA, EDGE. GGRM, ICBP, IMAS, INTP, ITMG, MLBI.

Proyeksi IHSG

IHSG pada perdagangan Selasa (9/9/2025) diproyeksikan bergerak bearish dengan level support di 7.540 dan resistance di 7.980, menurut riset harian Phillip Sekuritas Indonesia.

Pagi ini, mayoritas bursa Asia dibuka menguat. Indeks Nikkei 225 bahkan untuk pertama kalinya menembus level psikologis 44.000, didorong kabar pengunduran diri Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba. Investor berharap pergantian kepemimpinan Partai LDP bisa membawa gelombang stimulus fiskal baru untuk memperkuat ekonomi Negeri Sakura.

Baca Juga: Saham-saham Emiten Ini Diramal Bakal Jeblok Setelah Sri Mulyani Diganti

Dari Wall Street, indeks saham utama ditutup menguat semalam. Sektor teknologi menjadi motor penggerak, mengangkat NASDAQ ke level penutupan tertinggi sepanjang sejarah.

Perhatian investor kini tertuju pada rilis data inflasi Amerika Serikat, yakni Producer Price Index (PPI) pada Rabu dan Consumer Price Index (CPI) pada Kamis. Kedua data ini dinilai krusial karena akan memberikan gambaran kemungkinan langkah Federal Reserve terkait penurunan suku bunga acuan pekan depan.

Sebelumnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun lebih dari 4 basis poin ke level 4,04 persen. Penurunan ini terjadi seiring melemahnya sejumlah data tenaga kerja, yang memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Namun, para pejabat bank sentral AS masih menghadapi dilema: inflasi yang tetap tinggi versus pasar tenaga kerja yang mulai goyah. Hasil rilis CPI dan PPI akan menjadi kunci, apakah laju inflasi bisa menjadi hambatan bagi tren pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Load More