Bisnis / Makro
Kamis, 11 September 2025 | 20:00 WIB
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pada Kamis (11/9/2025) mengatakan akan mentransfer Rp 200 triliun ke 6 bank Himbara pada Jumat besok. [Antara]
Baca 10 detik
  • Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa akan mentransfer Rp 200 triliun ke 6 bank termasuk BSI pada Jumat besok.
  • Keputusan pengalihan duit BI ke 6 bank itu ditandatangani malam ini.
  • Bank-bank penerima dilarang menggunakan uang tersebut untuk membeli SBN.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan pemerintah akan menyalurkan dana sebesar Rp 200 triliun dari Bank Indonesia ke enam bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mulai Jumat besok (12/9/2025).

Menteri Purbaya, meski demikian, tidak merinci nama bank-bank Himbara yang akan menerima dana dari BI itu. Ia menyebut dua di antaranya merupakan bank syariah, salah satunya Bank Syariah Indonesia (BSI). 

Pembagian dana itu juga nantinya dilakukan secara proporsional, meski lagi-lagi Purbaya tak merinci besaran dana yang akan diterima masing-masing bank. 

"Enggak, ada proporsinya. (Besarannya) beda-beda," kata Menkeu usai menghadiri Rapat Kerja Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Sebagai informasi, saat ini bank yang tergabung dalam Himbara yakni Bank Mandiri, BRI, BTN, BNI, BSI dan Bank Syariah Nasional (BSN) yang merupakan spin-off BTN Syariah.

Ia menambahkan proses pencairan dilakukan segera setelah penandatanganan yang akan dilakukan malam ini.

"Harusnya (pencairan) cepat, malam ini saya tanda tangan. Besok sudah masuk ke bank-bank itu," ujarnya.

Dana segar ini ditujukan untuk memperkuat likuiditas perbankan sekaligus mendorong penyaluran kredit ke sektor riil.

Purbaya menegaskan dana tersebut tidak boleh dipakai untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Baca Juga: Uniknya Cara Healing Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Bikin Netizen Ngakak: Wah, Sama Pak!

"Kita udah bicara dengan pihak bank, janganlah beli SRBI atau SBN," tegasnya.

Dengan tambahan likuiditas tersebut, lanjut dia, bank bakal terdorong menyalurkan kredit agar tidak menanggung kerugian akibat biaya dana yang mengendap.

"Kalau ditaruh di brangkas, rugi dia. Misalnya enggak bisa diberi lagi ya, rugi dia kan. Dia akan terpaksa menyalurkan dalam bentuk kredit. Jadi yang kita beri bahan bakar supaya market mechanism berjalan," jelasnya.

Selain itu, menurutnya, langkah ini menjadi strategi pemerintah mempercepat perputaran ekonomi di tengah kondisi likuiditas sistem keuangan yang relatif ketat. Dana Rp200 triliun tersebut akan diambil dari simpanan pemerintah di BI yang saat ini mencapai Rp 440 triliun.

"Karena uang saya sekarang di BI ada Rp 440 triliun. Saya kurangin separuh. Itu saja. Tapi nanti kalau kurang kita bisa tambah lagi, karena uang kita tambah terus kan," ujarnya.

Load More