Bisnis / Makro
Senin, 08 September 2025 | 19:29 WIB
Sri Mulyani saat Rakortas Kebijakan Pertumbuhan Ekonomi, 25 Juli 2025 [Instagram/Sri Mulyani]
Baca 10 detik
  • Saham emiten rokok meroket serentak setelah pengumuman reshuffle
  • Kenaikan ini diduga berkaitan dengan respon pasar terhadap proyekso kebijakan cukai rokok
  • PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT H.M. Sampoerna (HMSP), dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) kompak naik
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Pasar saham Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Senin, 8 September 2025, mencatatkan fenomena yang menarik perhatian.

Di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), harga saham emiten rokok justru meroket secara serentak. Lonjakan signifikan ini terjadi sesaat setelah Presiden Prabowo Subianto mengumumkan perombakan kabinetnya, termasuk pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa.

Kenaikan harga saham yang paling mencolok terlihat pada PT Gudang Garam Tbk (GGRM), yang melesat hingga 12,5% secara tiba-tiba.

Sebelumnya, saham GGRM sempat anjlok hingga 3,41% di awal perdagangan, menunjukkan adanya sentimen negatif yang beredar.

Meski tidak dapat dipastikan saling terkait, pasca pengumuman reshuffle, arah pergerakan saham GGRM berubah secara drastis.

Kenaikan serupa juga dialami oleh saham emiten rokok lain, mengindikasikan bahwa sentimen positif ini menyebar ke seluruh sektor. PT H.M. Sampoerna (HMSP), misalnya, yang sempat berada di level Rp525, melonjak tajam hingga 17,70%, dan ditutup pada harga Rp630. Kenaikan drastis ini menunjukkan adanya respons cepat dari para pelaku pasar terhadap perubahan kepemimpinan di sektor fiskal.

Tak hanya itu, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) juga mencatatkan lonjakan harga yang impresif. Harga saham WIIM yang berada di angka Rp795 pada pukul 15.00 WIB, mendadak terbang ke Rp925 pada penutupan pasar, mengalami kenaikan sebesar 16,35% dibandingkan harga pembukaan.

Fenomena serupa juga terjadi pada saham PT Indonesian Tobacco (ITIC). Saham ITIC yang berada di harga Rp226 pada pukul 15.40 WIB, meroket menjadi Rp250 pada penutupan perdagangan sesi II, atau naik 11,61% sepanjang hari.

Penguatan ini berbanding terbalik dengan emiten perbankan yang kompak melemah. Harga saham emiten perbankan kompak melemah setelah reshuffle kabinet diumumkan.

Baca Juga: Asing Bawa Kabur Dana Rp 543,7 Miliar dari Pasar Saham di Tengah Reshuffle Kabinet

Penurunan terdalam dialami oleh saham PT Bank Tabungan Negara (BBTN), yang anjlok 9,77% menjadi Rp1.155 per saham. Saham PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) juga turun signifikan sebesar 5,15% ke level Rp2.580 per saham.

Emiten perbankan besar juga tak luput dari tekanan. Saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) melemah 4,35% ke Rp4.180 per saham, sedangkan PT Bank Mandiri (BMRI) turun 4,06% menjadi Rp4.490 per saham.

Dua bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia juga terdampak, dengan PT Bank Central Asia (BBCA) anjlok 3,75% ke Rp7.700 per saham.

Di antara bank-bank besar, saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menunjukkan performa paling tangguh, dengan penurunan "hanya" 2,5% ke Rp3.900 per saham, menjadikannya emiten big bank dengan koreksi paling ringan.

Ilustrasi merokok [Unsplash/Reza]

Spekulasi di Balik Pergantian Menteri Keuangan

Lonjakan harga saham ini terjadi di tengah spekulasi para investor yang berharap adanya perubahan kebijakan di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Selama menjabat, Sri Mulyani Indrawati dikenal dengan kebijakan yang secara konsisten menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT).

Load More