- Yudo Sadewa anak Menkeu Purbaya diketahui menggeluti dunia kripto.
- Sering membranding diri sebagai seorang investor dan scalper.
- Istilah "scalper" erat dengan konotasi negatif.
Suara.com - Latar belakang Yudo Sadewa mendadak menarik perhatian publik setelah sang ayah, Purbaya Yudhi Sadewa, diangkat menjadi Menteri Keuangan (Menkeu) pada Senin (8/9/2025).
Diketahui Yudo Sadewa sudah cukup dikenal di kalangan komunitas aset digital, di mana ia sering membranding diri sebagai seorang investor dan scalper kripto.
Sebagai seorang trader muda, ia memulai perjalanannya sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sosoknya sempat membuat heboh pada tahun 2022 lalu. Saat itu, ia mengklaim berhasil meraup keuntungan ratusan juta rupiah dari aset kripto Shiba Inu, padahal dirinya masih kelas 11 SMA.
Ia juga mengakui telah berinvestasi di berbagai instrumen lain, seperti saham, obligasi, dan forex, serta menginvestasikan Rp100 juta di Binary Option.
Sontak saja latar belakang anak Menkeu yang bergulat di dunia trading pun memicu kontroversi, terlebih perihal dirinya seorang scalper.
"Lu pada cek IG anaknya, deh. Etis atau ngga bapak gawe di bidang finansial, anaknya jadi scalper," komentar salah satu netizen di platform X.
Apa Itu Scalper?
Scalper merupakan trader yang menggunakan strategi scalping, di mana mereka membeli dan menjual aset (seperti saham atau mata uang) dalam waktu yang sangat singkat. Sering kali hanya dalam hitungan detik atau menit.
Baca Juga: 3 Fakta Yudo Sadewa Anak Purbaya Yudhi Sadewa yang Sudah Jadi Miliarder di Usia 18 Tahun
Jadi alih-alih menahan posisi selama berhari-hari atau bahkan berjam-jam, seorang scalper bisa membuka dan menutup puluhan hingga ratusan posisi hanya dalam satu hari sesi perdagangan.
Tujuan utama mereka bukanlah mencari keuntungan besar dari satu transaksi, melainkan mengumpulkan banyak keuntungan kecil yang jika diakumulasi akan menjadi signifikan.
Untuk menjalankan strategi ini, diperlukan eksekusi yang cepat dan fokus yang kuat pada indikator teknikal di grafik waktu yang rendah.
Cap Negatif Scalper
Istilah "scalper" erat dengan konotasi negatif karena sering disamakan dengan calo. Seperti yang diketahui, praktik percaloan terasa tidak adil dan eksploitatif.
Namun secara umum, praktik scalping dalam trading finansial dianggap etis dan legal. Ini adalah strategi perdagangan yang sah, sama seperti day trading atau investasi jangka panjang.
Meskipun secara fundamental etis, ada beberapa aspek dan praktik turunan dari scalping yang bisa masuk ke wilayah abu-abu atau bahkan tidak etis, seperti:
1. Bukan untuk "Kebaikan Bersama": Kritikus berpendapat bahwa scalper tidak memberikan nilai fundamental apa pun. Mereka tidak berinvestasi pada perusahaan untuk membantunya tumbuh. Aktivitas mereka murni spekulatif untuk keuntungan pribadi dan tidak berkontribusi pada ekonomi riil.
2. Potensi Manipulasi Pasar: Di sinilah garis etika menjadi kabur. Beberapa teknik yang digunakan dalam scalping berkecepatan tinggi (High-Frequency Trading atau HFT) bisa bersifat manipulatif.
Contoh praktik yang ilegal dan tidak etis meliputi spoofing dan front-running.
Spoofing adalah menempatkan order besar lalu membatalkannya. Tujuannya hanya untuk "menipu" pasar agar bergerak ke arah tertentu demi mengambil keuntungan dari pergerakan harga yang diciptakan.
Sementara front running adalah menggunakan teknologi super cepat untuk mendeteksi order besar yang masuk dari investor institusional.
Lalu dengan cepat membeli aset tersebut sepersekian detik lebih dulu untuk dijual kembali kepada investor tersebut dengan harga lebih tinggi.
Itulah pengertian dari scalper. Pada dasarnya, scalping adalah sebuah alat atau strategi yang netral. Ia menjadi etis atau tidak tergantung pada bagaimana alat itu digunakan.
Dikatakan sah dan etis jika scalper melakukan secara manual atau dengan bot sederhana, mengikuti aturan pasar, dan berusaha mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga kecil.
Masalah etika baru muncul ketika scalping dilakukan dalam skala masif dengan niat untuk memanipulasi pasar atau mengeksploitasi kelemahan sistemik.
Praktik-praktik inilah yang menjadi target regulator dan mencoreng citra trading berkecepatan tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
Kuota KPR Subsidi Bertambah, BTN Targetkan Kredit Tumbuh 9 Persen
-
Pemerintah Fasilitasi UMKM Perumahan untuk Akses Pembiayaan
-
DANA Kaget Sesi Malam, Masih Ada Rp 99 Ribu, Siapa Cepat Dia Dapat
-
Kolaborasi BRI dan Kemenimipas: BLK Nusakambangan Jadi Harapan Baru WBP
-
Kerja Cepat, Besok Menteri Purbaya Salurkan Rp 200 Triliun ke 6 Bank Termasuk BSI
-
4 Link DANA Kaget Malam Ini Dapatkan Saldo 279 Ribu Secara Cuma-cuma
-
Pendiri Es Krim Ben & Jerry's Kecam Unilever: Ini Bukan Lagi Merek yang Kami Bangun
-
Menkeu Purbaya: Pertumbuhan Ekonomi 6 Persen Bukan Hal yang Sulit
-
Gercep Klik 7 Link DANA Kaget Hari Ini, Kesempatan Raih Saldo Ratusan Ribu
-
Purbaya Effect, IHSG Kembali Menghijau Hari Ini