Bisnis / Inspiratif
Jum'at, 19 September 2025 | 14:59 WIB
Kolase foto keluarga Slamet Hadi Mulyono dan sang istri Nani Sukowati, perbandingan dahulu dan sekarang. Kedua anak tidak terlihat dalam foto terbaru karena sedang sekolah. (Suara.com/Irwan Febri)
Baca 10 detik

Suara.com - Setiap pagi, suara mesin gilingan daging menjadi saksi perjalanan Slamet Hadi Mulyono, seorang warga Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di sebuah bangunan berukuran 5 x 9 meter, dirinya bersama sang istri, Nani Sukowati, mulai merajut mimpi-mimpi. 

Kisah ini bermula pada 2001. Saat itu, Slamet yang berusia 15 tahun baru lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan memutuskan tidak melanjutkan pendidikan ke bangku SMA (Sekolah Menengah Atas).

Tidak ingin membebani ayahnya yang berprofesi sebagai tukang becak, Slamet memutuskan langsung bekerja di beberapa pabrik penggilingan daging.

Tahun demi tahun dirinya lewati, dengan gaji antara Rp170.000-250.000 per minggu. Namun, bukan masalah nominal, kegigihan serta kemampuannya dalam belajar membuat Slamet menjadi pria yang tumbuh dengan pengalaman.

Slamet mengasah kemampuan wirausahanya dengan membantu orang untuk membuka usaha gilingan daging. 

Setelah beberapa kali membantu dan berjalan sukses, dirinya memberanikan diri untuk membuka usahanya sendiri pada 2019, Bakso Zain, yang kini berada di Botokenceng, Wirokerten, Banguntapan, Bantul, DIY.

Slamet Hadi Mulyono dan sang istri Nani Sukowati berdiri di depan usaha gilingan di kawasan Banguntapan, Bantul, Kamis (18/9/2025). (Suara.com/Irwan Febri)

Seiring usaha berjalan, Slamet mendapat tawaran dari Bank BRI untuk mengakses program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pinjaman awal Rp20 juta, ia gunakan untuk membeli freezer dan kulkas, agar kualitas daging tetap terjaga.

"Sebelumnya saya buka usaha ini, kemudian saya mendapatkan penawaran pinjaman. Saat itu Rp20 juta untuk kami belikan peralatan seperti freezer dan kulkas untuk menyimpan ayam dan es batu," kata Slamet kepada Suara.com di kediamannya, Kamis (19/9/2025).

Nani Sukowati memeriksa persediaan daging di tempat usaha gilingan yang di kawasan Banguntapan, Bantul, Kamis (18/9/2025). (Suara.com/Irwan Febri Rialdi)

Siapa sangka usaha Slamet pun terus berkembang. Seiring peningkatan omzet, plafon KUR pun bertambah, dari Rp20 juta, Rp40 juta, Rp50 juta, hingga kini mencapai Rp100 juta. 

Baca Juga: Penempatan Dana Pemerintah, BRI Fokus Salurkan Kredit untuk UMKM

Dukungan itu menjadi titik balik bagi Slamet. Dengan modal yang lebih stabil, ia mampu memperbesar kapasitas, menambah tenaga untuk produksi, hingga menjaga stok daging tetap segar.

Kini Memetik Hasilnya

Slamet masih ingat betul kala awal-awal memulai kehidupannya dengan sang istri pada 2010. Ia tinggal di rumah dengan lantai tanah, penopang dari bambu, dan gentengnya yang tipis.

Makan seadanya dengan memanfaatkan sayur-sayuran yang tumbuh di sekitar rumah, mulai dari dedaunan, pepaya, hingga melinjo. Semua dijalani dengan rasa ikhlas dan syukur.

Arsip foto lama Nani Sukowati dan Slamet Hadi Mulyono di sebuah tempat wisata bersama kedua anaknya yang masih kecil. (Dok. Pribadi)

"Kami itu benar-benar dari nol. Anak keluarga tidak mampu. Saya anak tukang becak, istri saya anak petani. Nikah saja saya jual motor Honda GL Pro, padahal belum lunas itu kurang empat bulan, tapi kemudian saya lunasi," ujar Slamet sembari tertawa saat mengenang.

"Kami tinggal di sini, awalnya lantai masih tanah. Tembok masih bata, gentengnya tipis sekali kalau hujan kepyur-kepyur. Makan seadanya, masak sayur yang ada di sekitar seperti pepaya, melinjo," sahut sang istri.

Namun, sekarang mimpinya sedikit demi sedikit mulai terwujud. Usahanya berkembang dengan merambah tepung bakso, rumahnya lebih layak, dan bisa membeli tanah di samping rumah. 

Untuk mendukung usaha sekaligus keluarga, Slamet bahkan berhasil membeli motor Scoopy hingga mobil Toyota Rush.

Slamet Hadi Mulyono (kanan) dan sang istri Nani Sukowati (kiri) duduk di halaman rumah di kawasan Banguntapan, Bantul, Kamis (18/9/2025). (Suara.com/Irwan Febri)

"Alhamdulillah kondisi sekarang. Mobil juga," jawabnya sambil tersipu.

"Awalnya mau beli colt pick-up. Terus saya pikir kalau wira-wiri sama keluarga susah, akhirnya saya lihat itu bagasinya luas. Akhirnya beli, baru dua atau tiga hari yang lalu," lanjutnya menjelaskan dengan semingah.

Slamet Hadi Mulyono (kiri) dan sang istri Nani Sukowati (kanan) berdiri di depan mobil dan motor hasil usaha gilingan, Kamis (18/9/2025). (Suara.com/Irwan Febri)

Meski kini sudah berkecukupan, Slamet dan Nani tak silau mata. Dirinya juga melek literasi keuangan dengan selalu menyisihkan uang untuk tabungan sekolah kedua anaknya yang masih SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama).

"Nabung buat anak, kebutuhan anak-anak sekolah sekarang kan juga banyak. Kami mulai persiapan hingga SMA, harapannya bisa sampai kuliah. Kami sedikit muluk-muluk, tapi itulah harapan," kata Nani.

Target terdekat Slamet adalah melunasi pinjaman KUR BRI, lalu memperkuat tabungan untuk kemandirian usaha.

Kebanggaan Bank BRI Terhadap Kisah Slamet

Kisah Slamet menjadi bukti nyata bahwa dukungan perbankan, khususnya lewat KUR BRI, dapat mendorong pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) bangkit, berkembang, hingga mandiri. 

Dari anak tukang becak yang hanya bermodalkan ijazah SMP, kini Slamet tumbuh sebagai wirausahawan tangguh yang usahanya terus memberi manfaat bagi keluarga dan lingkungan sekitar.

Niko Adiwena, Brand Office Head BRI Yogyakarta Adisucipto, tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya melihat perjalanan Slamet dan Nani. Baginya, keberhasilan pasangan ini adalah cerminan misi BRI dalam memberikan makna bagi Indonesia.

Niko Adiwena, Brand Office Head BRI Yogyakarta Adisucipto, saat ditemui di ruangannya pada Jumat (19/9/2025). (Suara.com/Irwan Febri)

“Tentunya kami dari BRI apabila ada nasabah yang bisa berkembang, dari hasil bantuan berupa fasilitas pinjaman, kami bangga karena sesuai dengan tujuan kami adalah bagaimana memberikan makna kepada Indonesia,” kata Niko Adiwena.

Ia menegaskan, fokus BRI bukan hanya menyalurkan pinjaman, melainkan benar-benar memberdayakan ekonomi rakyat dari lapisan bawah.

“Salah satunya memberikan kontribusi kepada UMKM dan bisa memberdayakan ekonomi masyarakat mulai dari level bawah sehingga bisa mandiri, sukses, dan taraf hidupnya meningkat setelah berhasil menggunakan fasilitas pinjaman dari BRI untuk usahanya,” imbuhnya.

Lebih jauh, pria yang pernah bertugas di BRI Branch Office Poso ini menyampaikan harapannya agar kemitraan dengan Slamet bisa terus terjaga, serta lebih banyak UMKM yang sukses ke depannya.

“Saya berharap akan lebih banyak UMKM yang sukses seperti Pak Slamet. Pesan saya kepada Pak Slamet, semoga bisa terus bekerja sama dengan BRI dan berkembang bersama BRI. Tentunya ke depannya, bisa terus bekerja sama untuk meningkatkan usahanya dan bisa menjadi mitra BRI yang baik dan setia,” tutup Niko.

Bagi Slamet, KUR BRI telah menjadi jembatan dari rumah berlantai tanah menuju usaha mandiri yang kini mampu membangun rumah, menabung, membeli tanah, dan kendaraan. Bagi BRI, kisah Slamet adalah potret nyata bagaimana sebuah pinjaman kecil bisa mengubah hidup seseorang, bahkan membuka jalan bagi lahirnya inspirasi besar bagi UMKM lain di seluruh negeri.

Load More