Bisnis / Properti
Senin, 22 September 2025 | 18:18 WIB
Ilustrasi bisnis di bidang kuliner. (Unsplash/Nafinia Putra)

Tak hanya itu, anak muda, khususnya Gen Z Singapura mencari restoran baru lewat media sosial, bukan lewat rekomendasi keluarga atau tradisi kuliner. Artinya, restoran yang tidak aktif di dunia digital makin terpinggirkan.

4. Penumpukan Utang

Tak hanya restoran, pemasok makanan pun ikut terkena dampaknya. Banyak restoran menunda pembayaran hingga berbulan-bulan.

Kondisi ini membuat arus kas pemasok tersendat, bahkan ada yang merugi hingga puluhan ribu dolar ketika pelanggan kabur tanpa membayar. Masalah ini menjadi rantai domino yang memperburuk situasi.

5. Tumbangnya Restoran Legendaris

Yang paling menyedihkan, bukan hanya restoran baru atau kecil yang tumbang, tapi juga tempat makan ikonik yang sudah jadi bagian sejarah kuliner Singapura.

Contohnya Ka-Soh, restoran Kanton berusia 86 tahun yang pernah jadi favorit banyak orang. Restoran ini harus menyajikan sup ikan terakhirnya pada 28 September 2025.

Bahkan grup besar seperti Prive Group dan restoran Michelin juga ikut tutup.

Fenomena ini menunjukkan bahwa krisis kuliner Singapura tak pandang bulu. Baik pemain kecil maupun besar sama-sama terkena imbasnya.

Baca Juga: Dari Pasar Malam ke Fine Dining, Daging Panggang Tak Pernah Kehilangan Pesona

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

Load More