Bisnis / Inspiratif
Jum'at, 26 September 2025 | 11:43 WIB
Ilustrasi Resign

Suara.com - Fenomena job hugging atau bertahan di pekerjaan meskipun tak bahagia kini tengah ngetren di hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Tren ini kebalikan dari job hopping yang menganggap berpindah pekerjaan sebagai wujud kesuksesan dalam karier.

Melalui media bisnis Forbes, penulis seputar karier dan kehidupan profesional Bryant Robinson mengutarakan apa itu job hugging dan dampaknya yang tidak patut disepelekan.

Menurut Robinson, banyak pekerja, terutama Gen Z, mempertahankan pekerjaan mereka bukan karena sedang berkembang, tapi karena tidak yakin dengan masa depan.

Di tengah gelombang PHK, harga-harga yang melambung, dan ekonomi yang semakin ketat, kecemasan di tempat kerja berada di titik tertinggi.

Dengan ketidakpastian ekonomi yang begitu besar, semakin banyak pekerja merasa bahwa bertahan di satu pekerjaan lebih aman daripada mengambil risiko melompat ke peluang baru yang belum jelas.

Dengan segala gejolak ekonomi dan politik saat ini, rasanya wajar jika ingin mencari aman. Ketidakpastian pekerjaan bisa menjadi ancaman yang memicu kekhawatiran dan berdampak buruk bagi kesehatan, bahkan lebih berat daripada benar-benar kehilangan pekerjaan.

Namun, ketidakpastian adalah bagian tak terhindarkan dari karier. Karena tidak ada yang tahu masa depan, wajar jika orang memilih bertahan dengan sesuatu yang lebih bisa diprediksi ketika pekerjaan mereka terasa terancam.

Tren PHK yang muncul justru setelah periode yang dianggap sebagai masa pemulihan pasca-Covid 2020 memperburuk rasa tidak aman di pasar tenaga kerja yang sudah rapuh.

Baca Juga: Apakah Aisar Khaled dari Keluarga Kaya? Soroti TKI di Malaysia usai Diusir Warga Bali

Laporan pekerjaan, keterbatasan anggaran, dan ketakutan yang terus menghantui dunia kerja membuat orang merasa lebih aman berpegang pada apa yang mereka punya.

Tanda-Tanda Job Hugging di Tempat Kerja

Bagi sebagian orang, job hugging adalah red flag. Anda bisa mengenalinya dengan tanda-tanda seperti stres meningkat yang memengaruhi perilaku atau suasana hati tim.

Ada perubahan performa. Seseorang hanya fokus pada tugas yang dikuasai untuk menonjolkan kemampuan pribadi, bukan untuk kepentingan tim.

Pekerja yang sudah “kelewat matang” untuk peran sekarang, tapi tetap bertahan karena takut kondisi pasar juga perlu menjadi alarm. Berikut beberapa cara untuk mengatasi tren job hugging:

1. Sering berkomunikasi dengan karyawan. Salah satu saran yang bisa dicoba adalah adanya forum reguler untuk berbagi masukan secara jujur, lalu menunjukkan tindak lanjutnya. Pasalnya, mengenali job hugging memberi peluang untuk memahami rasa takut, kebutuhan, dan motivasi tim.

Load More