-
Rupiah melemah ke Rp16.678 per dolar AS.
-
Pelemahan rupiah sejalan dengan tren variatif mata uang Asia.
-
Rupiah diprediksi tetap fluktuatif dan cenderung melemah
Suara.com - Nilai tukar rupiah kembali sakit terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu pagi (1/10/2025) pada pukul 09.30 WIB di pasar spot exchange, Rupiah hari ini melemah sebesar 13,5 poin (0,08 persen) ke level Rp 16.678 per dolar AS.
Sedangkan, indeks dolar terlihat naik 0,05 persen ke level 97,82. Padahal, pada penutupan pasar di hari Selasa, rupiah berada di level Rp16.600.
Adapun, mata uang di Asia bergerak bervariasi. Di mana, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah ambles 0,16 persen.
Lalu, mata uang peso Filipina yang terkoreksi 0,11 persen dan yen Jepang yang tergelincir 0,04 persen.Disusul, dolar Singapura yang melemah tipis 0,02 persen.
Thailand menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah terkerek 0,02 persen. Kemudian ada yuan China dan dolar Taiwan yang sama-sama terkerek 0,01 persen.
Diikuti, dolar Hongkong yang naik 0,009 persen di pagi ini.
Sementara itu, Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan melemah pada perdagangan hari ini.
Mata uang Rupiah diprediksi bakal bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.660 hingga Rp 16.710.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Menguat pada Penutupan Perdagangan Selasa
Di faktor eksternal, penutupan pemerintah cenderung mengganggu aktivitas ekonomi di negara ini, yang dapat menimbulkan risiko bagi pertumbuhan.
Penutupan pemerintah minggu ini juga dapat menunda rilis data penggajian nonpertanian yang diawasi ketat untuk bulan September, yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.
Gedung Putih juga terlihat memperingatkan bahwa ribuan pekerjaan pemerintah dapat dihapus jika terjadi penutupan, sebuah skenario yang menandakan pelemahan lebih lanjut di pasar tenaga kerja.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia akan mengenakan tarif 10 persen untuk kayu dan papan kayu impor serta bea masuk 25 persen untuk lemari dapur, meja rias kamar mandi, dan furnitur berlapis kain impor, melanjutkan serangan tarifnya terhadap mitra dagang global.
Sementara di dalam negeri, Asian Development Bank alias ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam laporan terbaru, dari 5,0 persen (proyeksi April) menjadi 4,9 persen (proyeksi September) pada 2025.
ADB menjelaskan perkembangan ketidakpastian perdagangan global tingginya tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia.
Berita Terkait
-
Rupiah Jebol Rp16.600, Bos BI Turun Tangan Hingga Ungkap 'Jurus' Stabilisasi'
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Rupiah Loyo Jelang Akhir Pekan
-
Stok BBM di SPBU Swasta Langka, Pakar: Jangan Tambah Kuota Impor, Rupiah Bisa Tertekan
-
Dikhawatirkan Langgar Konstitusi, Pengalihan Dana ke Bank Himbara Lemahkan Rupiah
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Sepatu New Balance yang Diskon 50% di Foot Locker Sambut Akhir Tahun
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Grab Indonesia 2025: Ketika Platform Digital Menjadi Bantalan Sosial dan Mesin Pertumbuhan Ekonomi
-
Purbaya Ungkap Peluang Gaji PNS Naik Tahun Depan, Ini Bocorannya
-
ESDM Terus Kejar Target Produksi Minyak Tembus 900 Ribu Barel per Hari
-
Harga Cabai Tak Kunjung Turun Masih Rp 70.000 per Kg, Apa Penyebabnya?
-
Pasokan Energi Aman, Pembangkit Listrik Beroperasi Tanpa Kendala Selama Nataru
-
Bahlil Tegaskan Perang Total Lawan Mafia Tambang
-
Petani Soroti Kebijakan Biodiesel Justru Bisa Rusak Ekosistem Kelapa Sawit
-
Dirayu Menperin soal Insentif Mobil Listrik 2026, Ini Jawaban Purbaya
-
Jelang Tahun Baru, Purbaya: Saya Pikir Menkeu Sudah Tenang 31 Desember
-
Sejarah! Produksi Sumur Minyak Rakyat Dibeli Pertamina di Jambi