- IHSG ditutup melemah 0,77% ke level 8.061,06 pada perdagangan awal Oktober, dengan nilai transaksi mencapai Rp 27,32 triliun.
- Pelemahan dipicu tekanan jual pada saham-saham besar di sektor finansial dan utilitas, termasuk BBRI, BBCA, dan BREN.
- Beberapa saham seperti RAJA masih menunjukkan penguatan signifikan, naik hingga 14,86%.
Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai bulan Oktober dengan terkoreksi signifikan.
Pada penutupan perdagangan Selasa (30/9/2025), indeks anjlok 62,18 poin atau sebesar 0,77%, mendarat di posisi 8.061,06.
Pelemahan ini mengindikasikan kuatnya tekanan jual di pasar setelah periode reli.
Performa IHSG (Selasa, 30 September 2025):
- Level Penutupan: 8.061,06
- Perubahan: -62,18 poin (-0,77%)
- Nilai Transaksi: Rp 27,32 Triliun
- Pemberat Utama: Sektor finansial, teknologi, dan utilitas
Saham Big Caps Jadi Biang Kerok
Tekanan jual pada perdagangan kemarin didominasi oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big caps).
Sektor utilitas tercatat anjlok paling dalam hingga 2,79%, diikuti oleh sektor finansial yang terkoreksi 1,37% dan sektor teknologi sebesar 0,95%.
Secara spesifik, beberapa saham bank raksasa menjadi kontributor utama penurunan indeks.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menyumbang tekanan terbesar dengan -13,25 indeks poin, disusul oleh PT Bank Central Asia (BBCA) sebesar -10,75 indeks poin.
Baca Juga: IHSG Bangkit di Rabu Pagi, Tapi Diproyeksi Melemah
Tak ketinggalan, saham energi PT Barito Renewables Energy (BREN) juga membebani indeks dengan kontribusi -11,43 indeks poin.
Top Gainers | Perubahan | Top Losers | Perubahan |
RAJA | +14,86% | BREN | -3,1% |
INET | +3,52% | BBRI | (Sesuai data penutupan) |
MMLP (Transaksi Nego Jumbo Rp 3,35 T) | - | BBCA | -0,97% |
Koreksi Wajar Setelah Pesta Reli?
Aksi ambil untung (profit taking) oleh investor menjadi sentimen utama di balik koreksi ini.
Fenomena ini dianggap wajar, terutama setelah IHSG sempat mencatatkan level rekor tertinggi dalam beberapa sesi perdagangan sebelumnya, membuat valuasi sejumlah saham menjadi premium.
Analis pasar modal memandang koreksi ini sebagai pergerakan sehat yang memungkinkan pasar untuk 'bernapas'.
Analis dari BNI Sekuritas, Andri Zakarias Siregar, pernah menyoroti level krusial yang perlu diperhatikan investor.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Menkeu Purbaya Optimistis Ekonomi Tumbuh 5,5 Persen
-
Pemerintah Kembali Beri Diskon Gila-gilaan Tarif Angkutan untuk Libur Nataru
-
Kampanye ESG Dimulai dari Lingkungan Kantor, Telkom Gelar Tenant Day
-
SPBU Swasta Kompak Naikkan Harga Per 1 Oktober
-
PPPK Paruh Waktu Berstatus ASN? Ini Skema Gaji, Tunjangan, dan Jenjang Karir
-
Permata Bank Rombak Jajaran Direksi: Eks CIO HSBC India Jadi Amunisi Baru!
-
Harga BBM Vivo, Shell, dan BP Naik: Update Harga BBM Semua SPBU Hari Ini
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Momen Menkeu Sindir Subsidi BBM Tidak Tepat: Sudah Ada DTSEN, Kenapa Tidak Dipakai?
-
Rupiah Anjlok Rp 16.800, Menko Airlangga Akui Belum Bertemu Gubernur BI! Ada Apa?