- Ketua IMA menilai rencana DMO emas perlu dijalankan dengan hati-hati dan tetap mengacu pada harga pasar.
- Pemerintah diminta mempertimbangkan fluktuasi harga emas dunia agar kebijakan tidak merugikan pelaku industri.
- Rencana DMO muncul setelah stok emas Antam menipis akibat terganggunya operasi Freeport pascainsiden tambang.
Suara.com - Ketua Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia merespons rencana Kementerian ESDM yang akan menerapkan Domestic Market Obligation (DMO) emas.
Kini rencana tersebut tengah dalam proses pembahasan.
Hendra memberikan sejumlah catatan. Menurutnya, rencana DMO itu harus dilaksanakan dengan penuh pertimbangan.
Salah satunya, dengan mengacu pada harga pasar.
"Ini memang perlu harus dibicarakan juga. Karena ini agak harus seimbangan ya. Yang penting, kalaupun DMO itu seyogyanya sih pakai harga pasar mengacunya," kata Hendra kepada wartawan dikutip pada Kamis (16/9/2025).
Selain itu, pemerintah juga harus mengikuti harga emas dunia yang masih fluktuatif.
"Kalau memang diterapkan DMO harganya juga ini... Karena kan itu harganya turun kan. Jangan sampai nanti dipatok, padahal harganya fluktuatif," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah memiliki sejumlah pilihan, salah satunya penerapan biaya tambahan.
"Ada juga opsi pemerintah menerapkan biaya luar misalnya. Nah itu yang masih dibahas," ujarnya.
Baca Juga: Harga Emas Antam Sentuh Rp 2,4 Juta per Gram, Apa Pemicunya?
Sejauh ini, Hendra mengungkap belum ada pembicaraan antara pemerintah dengan pihak asosiasi soal rencana itu.
Namun, secara individu dengan pengusaha sudah terjalin komunikasi.
"Kalau perusahaan-perusahaan sih mungkin, ya, secara individu. Kan, enggak banyak perusahaan emas, ya, sudah mulai diadakan pembicaraan sih. Cuman secara asosiasi sejauh ini belum," jelasnya.
Rencana pemerintah menerapkan DMO emas mencuat setelah PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengalami keterbatasan stok emas.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut, situasi itu disebabkan karena operasional PT Freeport Indonesia belum normal, pasca kecelakaan yang terjadi di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura, Papua Tengah.
Karena kejadian itu, operasional dihentikan sementara sambil menunggu audit dan evaluasi dirampungkan Kementerian ESDM.
Berita Terkait
-
Harga Emas Antam Terus Terbang ke Level Tertinggi, Hari Ini Tembus Rp 2.360.000 per Gram
-
Meski Kinerja Migas Positif, Pemerintah Perlu Temukan Cadangan Minyak Baru
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Ekonom: Freeport Buka Peluang Baru bagi Papua
-
Awali Pekan Ini, Harga Emas Antam Terus Melonjak Tinggi Sebesar Rp 2.303.000 per Gram
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
Terkini
-
Lewat Akselerasi Ekspor Digital di TEI 2025, Bank Mandiri Perkuat Peran Mitra Strategis Pemerintah
-
Pencairan BPNT Tahap Akhir 2025: Cek Status Penerima Bantuan Oktober 2025
-
Transformasi Tanpa Kehilangan Arah: Kolaborasi Jadi Cara Baru Bisnis Bertahan di Era Digital
-
Rupiah Dibuka Perkasa Lawan Dolar AS, Didorong Sentimen Ini
-
Transisi Energi Tak Hanya Soal Teknologi, Tapi Juga Inklusi dan Keadilan Sosial
-
IHSG Berbalik Arah Pagi Ini, Sektor Saham Ini Jadi Peluang Cuan di Tengah Ketidakpastian Global
-
TEI ke-40 Resmi Dibuka, Hadirkan Keunggulan Produk Indonesia Tanpa Batas
-
Harga Emas Antam Sentuh Rp 2,4 Juta per Gram, Apa Pemicunya?
-
Sebelum 'Spin-Off', BTN Syariah Bukukan Pembiayaan Tumbuh 18,2 Persen Hingga Agustus 2025
-
Arsari Tambang Mulai Kembangkan Timah Ramah Lingkungan