Bisnis / Makro
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 15:46 WIB
Lahan gambut merupakan tempat tinggal flora dan fauna yang harus dijaga kelestariannya. (Foto: CIFOR)
Baca 10 detik
  • Indonesia pemimpin global aksi iklim dan restorasi gambut tropis.

  • Lebih 4,16 juta hektare gambut telah berhasil dibasahi kembali.

  • Restorasi gambut kini menjadi gerakan kolaboratif melibatkan 1.100 desa.

Suara.com - Indonesia menegaskan posisinya sebagai pemimpin global dalam aksi iklim dan restorasi ekosistem gambut tropis. Melalui capaian ilmiah dan pendekatan kolaboratif yang diakui dunia, Indonesia kini menjadi pusat pembelajaran restorasi gambut di Asia, sebagaimana disampaikan dalam ajang bergengsi AsiaFlux Conference 2025 yang diikuti 29 negara.

Forum ilmiah yang mempertemukan ilmuwan, pembuat kebijakan, dan praktisi lingkungan ini menjadi panggung bagi Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) untuk menunjukkan kemajuan konkret Indonesia dalam pemulihan lahan gambut dan penguatan ketahanan iklim nasional.

"Restorasi gambut bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan fondasi ketahanan iklim nasional," ujar Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq di Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Relawan pelajar yang tergabung dalam komunitas Youth Act Kalimantan mempraktikkan cara pendinginan lahan gambut yang terbakar saat mengikuti pelatihan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (27/6/2021). [ANTARA FOTO/Makna Zaezar]

Dalam 10 tahun terakhir, pemerintah telah merehabilitasi lebih dari 24,6 juta hektare lahan, termasuk 4,16 juta hektare ekosistem gambut yang berhasil dibasahi kembali. Upaya itu didukung dengan pembangunan 45 ribu sekat kanal dan penanaman berbagai spesies asli seperti jelutung, ramin, dan balangeran.

KLH/BPLH juga memperkuat pendekatan ilmiah melalui sistem Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) serta layanan digital Sistem Informasi Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (SiPPEG) yang memantau kondisi gambut secara real-time.

Pendekatan berbasis data ini dipadukan dengan praktik lokal masyarakat, menciptakan tata kelola adaptif yang selaras dengan kondisi sosial-ekologis di lapangan.

"Lebih dari sekadar proyek lingkungan, restorasi gambut kini telah menjadi gerakan kolaboratif nasional," ujar Hanif.

Melalui program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG), sebanyak 1.100 desa kini berperan aktif sebagai pengelola ekosistemnya. Kaum perempuan dan pemuda bahkan menjadi motor ekonomi hijau, mengembangkan usaha madu kelulut, kerajinan serat alam, hingga ekowisata berkelanjutan.

Ketua Komite Penyelenggara AsiaFlux Conference 2025, Chandra S. Desmukh, menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memperkuat pengelolaan lahan berkelanjutan.

Baca Juga: SIG Pimpin BUMN Klaster Infrastruktur Perkuat Riset Konstruksi Rendah Karbon

"AsiaFlux bukan hanya tentang menara pemantau flux, tetapi tentang kolaborasi orang-orang di baliknya, mulai dari ilmuwan, pembuat kebijakan, serta masyarakat. Kolaborasi lintas sektor ini menjadi wujud nyata komitmen bersama dalam mendorong pengelolaan lahan berkelanjutan serta mendukung target FOLU Net Sink 2030 Indonesia dan tujuan iklim global," kata Chandra.

Langkah ini sejalan dengan arah RPJMN 2025–2029 dan target FOLU Net Sink 2030, menjadikan restorasi gambut sebagai pilar utama penguatan ketahanan iklim, sosial, dan ekonomi Indonesia.

Load More