-
Co-firing PLTU dinilai jalan rasional transisi energi tanpa korbankan pasokan.
-
Pemanfaatan biomassa menciptakan rantai nilai baru di tingkat desa.
-
Pasokan biomassa mendekati 1,7 juta ton, hampir capai target 2,2 juta ton.
Suara.com - Program co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dinilai menjadi jalan untuk melakukan transisi energi menuju sumber terbarukan dapat dilakukan secara bertahap dan terukur tanpa mengorbankan keandalan pasokan listrik.
Pengamat energi dari Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean, mengatakan keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program co-firing memperlihatkan arah transisi energi yang rasional dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Co-firing adalah pembakaran dua jenis bahan bakar sekaligus, maka co-firing merupakan langkah paling rasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap batu bara tanpa mengorbankan keandalan pasokan listrik. Dengan mencampurkan bahan bakar biomassa dan batu bara di PLTU, emisi karbon dapat ditekan secara signifikan.
Menurutnya, penerapan co-firing tidak hanya memperkuat bauran energi baru terbarukan (EBT), tetapi juga membawa dampak positif terhadap perekonomian lokal. Pemanfaatan biomassa dari limbah pertanian, perkebunan, dan hasil hutan rakyat telah menciptakan rantai nilai baru di tingkat desa.
"Selain mendorong transisi energi, co-firing juga menjaga kelestarian lingkungan karena mampu mengubah lahan yang sebelumnya kritis menjadi lebih hijau dan produktif," ujarnya di Jakarta, seperti dikutip Rabu (29/10/2025).
Ferdinand menjelaskan, capaian tersebut menunjukkan bahwa sistem pasokan biomassa nasional mulai berjalan dengan baik.
Ia menyebut co-firing bukan hanya efisien, tetapi juga mampu menjaga stabilitas suplai listrik serta mengurangi ketergantungan terhadap batu bara.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa keberhasilan program ini membuka ruang luas bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Keterlibatan masyarakat dalam penyediaan bahan bakar biomassa menjadikan energi terbarukan bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga instrumen pemerataan ekonomi.
Berdasarkan data PLN hingga akhir September 2025, pasokan biomassa untuk kebutuhan co-firing telah mencapai sekitar 1,7 juta ton, mendekati target kumulatif 2,2 juta ton, dan diperkirakan akan melampaui target tahunan sebesar 3 juta ton. Total volume biomassa yang telah terkontrak mencapai 4,7 juta ton, dengan tambahan 820.000 ton dalam proses pengadaan.
Baca Juga: Menuju Nol Emisi 2060, Pemerintah Masukkan PLTN ke Rencana Strategis Energi Nasional
Jika seluruh kontrak terealisasi, total pasokan biomassa hingga akhir tahun diproyeksikan mencapai 5,5 juta ton atau sekitar 185 persen dari target tahunan.
Selain itu, hasil kajian menunjukkan bahwa pengembangan program Bioenergi Desa (BIODES) memiliki potensi ekonomi menjanjikan dengan Net Present Value (NPV) sebesar Rp557,4 juta dan Internal Rate of Return (IRR) mencapai 45,54 persen. Nilai Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,03 serta payback period sekitar 3,19 tahun menunjukkan efisiensi investasi yang tinggi.
Dari sisi manfaat ekonomi, program BIODES diproyeksikan mampu memberikan pendapatan bagi desa sekitar Rp10 miliar per tahun.
"Capaian ini menunjukkan efektivitas kolaborasi antara pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan hingga desa dalam memperkuat ekosistem energi bersih berbasis sumber daya domestik," kata Ferdinand.
Ia menambahkan, sinergi tersebut turut menumbuhkan peluang usaha baru bagi petani, koperasi, dan pelaku UMKM di sekitar sumber biomassa. Selain mendukung co-firing di PLTU, pemerintah juga tengah mengembangkan proyek kelistrikan berbasis biomassa untuk ekspor energi.
Langkah diversifikasi ini, kata Ferdinand, penting untuk memperluas manfaat ekonomi dari energi hijau sekaligus memperkuat daya saing nasional.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
Pemerintah Klaim Petani Bisa Cuan Gara-gara Program BBM E10
-
Rincian PMK No 72 Tahun 2025, Insentif Pajak untuk 5 Industri dan Pariwisata
-
IHSG Diprediksi Menguat 'Bersama' Wall Street, Cek Saham-saham Rekomendasi Ini
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
Satu Lagi Bank Bangkrut, OJK Cabut Izin Usaha BPR Nagajayaraya Sentrasentosa
-
Laba Inti PWON Lampaui Ekspektasi Konsensus di Kuartal 3 2025
-
Menkeu Purbaya Tolak Skema Burden Sharing BI-Kemenkeu, Singgung Independensi
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi