-
Pejabat senior AS blokir penjualan chip AI canggih Nvidia (Blackwell) ke Tiongkok.
-
Pemblokiran didorong kekhawatiran ancaman keamanan nasional AS.
-
CEO Nvidia Jensen Huang gagal dapat izin penjualan masif.
Suara.com - Laporan dari The Wall Street Journal pada Senin (3/11) mengungkapkan adanya manuver tingkat tinggi di Washington yang berujung pada pemblokiran penjualan chip canggih Nvidia ke China.
Sejumlah pejabat senior Amerika Serikat, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, berhasil membujuk Presiden Donald Trump untuk membatalkan kesepakatan bernilai puluhan miliar dolar tersebut, dengan alasan utama kekhawatiran keamanan nasional.
Keputusan ini diambil meskipun sebelumnya CEO Nvidia, Jensen Huang, telah secara langsung mendesak Presiden Trump menjelang kunjungan kenegaraan ke Asia pada Oktober.
Huang kala itu berharap agar Trump mengizinkan penjualan chip AI generasi terbaru perusahaan, yang dikenal sebagai Blackwell, ke pasar China.
Dikutip via Sputnik, kesepakatan tersebut sangat vital bagi Nvidia untuk mengamankan akses ke pasar China yang sangat besar.
Menurut laporan tersebut, keputusan memblokir penjualan ini didorong oleh pandangan pejabat senior AS bahwa penjualan chip Blackwell merupakan ancaman keamanan nasional.
Tokoh kunci yang menentang persetujuan potensial ini termasuk Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.
Akibat dari intervensi pejabat-pejabat tersebut, isu penjualan chip Blackwell ke China akhirnya tidak dibahas selama pertemuan bilateral antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping pada 30 Oktober di Busan, Korea Selatan.
Meski demikian, The Wall Street Journal mencatat bahwa Nvidia saat ini masih menunggu persetujuan dari Pemerintahan Trump untuk meluncurkan versi chip Blackwell dengan kemampuan yang dilemahkan khusus untuk pasar China.
Baca Juga: Heboh Gudang Ompreng MBG di Jakut Palsukan Label Halal, APMAKI: Pelaku Harus Ditindak Tegas!
Kekhawatiran Nvidia dan Kebijakan Kontrol Ekspor AS
Sebelum keberangkatan Trump ke Asia, CEO Jensen Huang telah secara terbuka menyatakan kekhawatiran mendalam mengenai potensi AS meninggalkan pasar China sepenuhnya.
"Saya sangat berharap Presiden Trump akan membantu kami menemukan solusi. Saat ini, kami berada dalam posisi sulit," ujar Huang.
Isu chip canggih dan kontrol ekspor memang menjadi bagian dari ketegangan geopolitik yang lebih luas.
Pada Januari, Departemen Perdagangan AS telah merilis dokumen yang memberlakukan pembatasan baru pada ekspor chip canggih dan model AI.
Pembatasan ini bertujuan untuk melindungi keamanan nasional dan mencegah penggunaan teknologi AI oleh negara-negara yang tidak bersahabat, agar teknologi tersebut tidak digunakan untuk mengembangkan senjata, serangan siber, atau pengawasan massal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik
-
Bahlil Ungkap Update Terkini Pemulihan Jaringan Listrik Aceh: 4 Kabupaten Pemadaman Bergilir
-
Aturan UMP Baru, 5 Provinsi Luar Jawa Jadi Kandidat Gaji Tertinggi
-
Zulkifli Zaini Jadi Komisaris Bank Mandiri, Ini Susunan Pengurus Baru
-
OJK Bentuk Direktorat Perbankan Digital Mulai Tahun 2026, Apa Tugasnya?
-
IWIP Gelontorkan Pendanaan Rp900 Juta untuk Korban Bencana di Sumatera
-
Danantara dan BP BUMN Turunkan 1.000 Relawan untuk Bencana Sumatra, Diawali dari Aceh
-
Komitmen Nyata BUMN Peduli, BRI Terjunkan Relawan ke Daerah Bencana Sumatera
-
AKGTK 2025 Akhir Desember: Jadwal Lengkap dan Persiapan Bagi Guru Madrasah