Bisnis / Energi
Selasa, 04 November 2025 | 17:03 WIB
Diskusi bahaya penundaan mempensiunkan PLTU yang digelar oleh Trend Asia, Center of Economic and Law Studies (Celios) dan Centre for Research on Energy and Clean Air (Crea). [Suara.com/Yaumal Adi Asri Hutasuhut].
Baca 10 detik
  • Operasi 20 PLTU berbahaya rugikan ekonomi negara hingga Rp 1.822 triliun.

  • Pemerintah pertaruhkan 156.000 nyawa akibat risiko kematian dini PLTU.

  • Riset sarankan pensiun dini PLTU segera dilakukan demi selamatkan keuangan negara.

Pada akhirnya,  dampak kesehatan itu akan berkontribusi terhadap beban perekonomian nasional dalam jangka panjang. 

"Serta melemahkan komitmen transisi energi dan target iklim nasional," bilang Katherine. 

Berdasarkan sejumlah dampak ekonomi dan sosial itu, pengampanye energi Trend Asia, Novita Indri Pratiwi menegaskan pensiun dini PLTU harus segera dilakukan pemerintah. 

Ia menekankan, pensiun dini PLTU akan menghemat potensi kerugian negara.

Dia pun berharap lewat riset yang mereka lakukan, para investor harus melihat bahwa pembangunan

PLTU bukan hanya bisnis yang merugikan secara finansial, tapi juga menghancurkan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

"Di tengah situasi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, pemensiunan dini PLTU justru menjadi solusi untuk menyelamatkan keuangan negara," bebernya. 

Bagi mereka, potensi dampak kematian dini dan kerugian ekonomi ini bukan hanya deretan angka, tapi warga yang menjadi korban atas kehadiran PLTU memang ada.

"Negara-negara pemberi modal dan pemerintah harus berhenti menawarkan solusi palsu untuk menunda pemensiunan PLTU, melainkan benar-benar melakukan transisi energi yang berkeadilan dan berkelanjutan,” tegas Novita.

Baca Juga: Pengamat Energi Nilai Implementasi 'Co-Firing' untuk Transisi PLTU Secara Bertahap

Load More