-
Indonesia terima banyak tawaran bangun pabrik baja baru dari investor.
-
Investasi asing baja penting guna kurangi impor 11 juta ton.
-
Kualitas produk baja nasional kalah dari Tiongkok akibat mesin usang.
Suara.com - Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza menyebut, Indonesia banyak mendapat tawaran dari investor asing dalam mengembangan industri baja dalam negeri. Salah satunya, pembangunan pabrik baja baru di dalam negeri.
Menurutnya, negara-negara yang tertarik untuk membangun pabrik diantaranya, ropa, kemudian ada China dan Vietnam.
"Kami minta supaya mereka berinvestasi di Indonesia, bangun pabrik di Indonesia, sehingga mereka juga punya akses ke pasar domestik, sebagaimana industri-industri atau pabrik-pabrik lain yang selama ini menjadi pemain atau pelaku usaha di pasar domestik. Ada beberapa negara (berminat) dari Eropa, dari China, dari Vietnam, yang mau merelokasi pabriknya," ujar Faisol di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin(10/11/2025).
Faisol menuturkan, pembangunan pabrik ini menjadi penting, agar RI tidak lagi kebanjiran produk baja impor, terutama dari China. Sebab, mayoritas kebutuhan baja dalam negeri masih dipenuhi oleh impor.
"Nah investasi tentu solusi buat industri baja, agar tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri yang memang besar, yang selama ini sebagian itu impor, kira-kira 11 juta ton impor, bisa dipenuhi lebih baik kalau mereka berinvestasi di dalam negeri," jelasnya.
Faisol juga melihat, banyakinvestor asing juga mulai melirik invetasi baja di dalam negeri. Apalagi, kebutuhan baja di dalam negeri begitu besar.
"Saya kira sebagaimana sekarang ini sudah masuk banyak perusahaan yang melakukan investasi, misalnya di tekstil, di otomotif, di baja mungkin sebentar lagi akan semakin banyak," imbuhnya.
Produk Baja RI Keok Sama China
Sebelumnya, Faisol menyatakan, industri baja di dalam negeri juga tidak bisa memenuhi kebutuhan di sektor lain, sebab hanya fokus pada sektor kontruksi dan infrastruktur.
Baca Juga: Pemerintah Beberkan Alasan Baja RI Keok Sama China
Imbasnya, sektor otomotif, perkapalan, hingga alat berat yang membutuhkan banyak baja, terpaksa mengambil produk dari China.
"Sektor-sektor ini memerlukan jenis baja dengan spesifikasi khusus seperti alloy steel atau special steel baja khusus yang memiliki potensi pasar besar baik di dalam negeri maupun luar negeri," katanya.
Faisol melihat, industri baja tanah air tidak juga masih terkendala dari sisi kualitas mesin produksi yang sudah usang. Inilah yang membuat produk baja nasional loyo melawan produk asing seperti dari China.
"Sebagian besar produsen masih menghadapi tantangan dalam hal teknologi dan modernisasi peralatan produksi di mana sebagian besar mesin dan teknologi yang digunakan sudah berumur tua dan belum sepenuhnya ramah lingkungan. Kondisi ini mempengaruhi kualitas dan biaya produksi sehingga menjadi hambatan dalam upaya menuju industri baja yang punya daya saing, berkelanjutan, dan berstandar global," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Purbaya Bicara Nasib Insentif Mobil Listrik Tahun Depan, Akui Penjualan Menurun di 2025
-
Stimulus Transportasi Nataru Meledak: Serapan Anggaran Kereta Api Tembus 83% dalam Sepekan!
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Purbaya Sebut Dana Badan Rehabilitasi Bencana Bersumber dari APBN
-
Purbaya Ogah Alihkan Dana MBG demi Atasi Bencana Banjir Sumatra
-
Penggunaan Keuangan Digital Meningkat, Volume Transaksi QRIS Tembus Rp1.092 Triliun
-
Tutup Tahun, 7 Bank RI Tumbang
-
Purbaya Pakai Uang Korupsi Sitaan Kejagung Rp 6,6 Triliun buat Tambal Defisit APBN