Bisnis / Keuangan
Rabu, 12 November 2025 | 10:45 WIB
Ilustrasi penukaran uang asing. [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Nilai tukar Rupiah melemah 0,12 persen ke level Rp16.714 per dolar AS, seiring pelemahan beberapa mata uang Asia lainnya.
  • Pelemahan dipicu faktor global seperti ketidakpastian suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik Rusia–Ukraina.
  • Dari dalam negeri, sentimen dipengaruhi belum terealisasinya rencana redenominasi Rupiah yang baru ditargetkan rampung secara regulasi pada 2026

Suara.com - Nilai tukar Rupiah dibuka melemah pada  hari ini. 

Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar Rabu (12/11/2025) dibuka di level Rp 16.714 per Dolar Amerika Serikat (AS).

Hal ini membuat Rupiah melemah 0,12 persen dibanding penutupan pada Selasa yang berada di level Rp 16.694 per Dolar AS.  

Beberapa juga terjadi pada mata uang Asia yang bergerak bervariasi terhadap Dolar. 

Salah satunya Won Korea, mencatat pelemahan terdalam yakni 0,35 persen, disusul Baht Thailand yang melemah 0,14 persen.

Diikuti Yen Jepang melemah 0,13 persen, Dolar Taiwan melemah 0,08 persen, lalu ada Pesso Filipina melemah 0,04 perssn dan Yuan China melemah 0,01 persen terhadap Dolar AS.

Sebaliknya, sejumlah mata uang lain yang menguat pada perdagangan hari ini, antara lain Ringgit Malaysia menguat 0,3 persen, Dolar Hong Kong menguat 0,04 persen.

Ilustrasi Ringgit Malaysia. (Shuttetstock)

Dalam hal ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan Rupiah ini disebabkan oleh dua faktor yakni dari global maupun domestik.

Sentimen global dipengaruhi  pasar luar yang memperkirakan ekspektasi penurunan suku bunga AS pada bulan Desember, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi. 

Baca Juga: Danantara Tidak Was-was Menkeu Purbaya Mau Redenominasi Rupiah

Hal ini kemungkinan akan dirasakan oleh The Fed. Selain itu, Bank sentral juga telah meremehkan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Desember dalam pertemuannya di bulan Oktober.

Lalu, geopolitik di Eropa memanas setelah Ukraina pada akhir pekan melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap lebih banyak infrastruktur energi Rusia, yang memicu serangan balasan oleh Moskow. 

Perang yang memasuki tahun ketiganya pada tahun 2025 tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama karena upaya AS untuk menengahi gencatan senjata gagal. 

"Namun, konflik ini telah memberikan sedikit dukungan terhadap harga minyak, terutama karena serangan Ukraina mengganggu produksi energi Rusia, sementara AS berusaha memaksa Moskow untuk melakukan gencatan senjata dengan sanksi yang lebih berat terhadap industri minyaknya," bebernya.

Sedangkan dari sentimen domestik dipengaruhi oleh kebijakan Kemenkeu mengenai redenominasi atau pemangkasan tiga digital nol di Rupiah belum akan terealisasi dalam waktu dekat, termasuk pada 2026.

Karena kebijakan tersebut sepenuhnya ada di tangan Bank Indonesia selaku otoritas moneter, meskipun telah menjadi bagian dari rencana strategisnya untuk menuntaskan landasan hukum redenominasi pada 2026-2027.

Load More