Ketegasan Helmud tidak hanya berhenti pada retorika di media. Ia mengambil langkah administratif yang dianggap sangat luar biasa bagi seorang pejabat daerah.
Pada 28 April 2021, Helmud mengirimkan surat pribadi secara langsung kepada Kementerian ESDM yang secara eksplisit menuntut pembatalan izin tambang PT TMS. Ia menilai negara harus hadir sebagai pelindung, bukan justru memfasilitasi eksploitasi yang merusak.
Dalam surat penolakan tersebut, Helmud memaparkan empat poin krusial yang menjadi landasan keberatannya:
"Wilayah Sangihe memiliki kerentanan ekologis tinggi,"
"Aktivitas tambang berpotensi merusak lingkungan secara permanen,"
"Risiko bencana ekologis akan langsung berdampak pada kehidupan masyarakat lokal,"
"Negara seharusnya melindungi pulau kecil, bukan menjadikannya objek eksploitasi."
Sikap konfrontatif ini tergolong nekat di tengah kultur birokrasi yang cenderung pragmatis terhadap investasi besar. Di saat banyak pihak melihat tambang emas sebagai sumber pendapatan daerah, Helmud justru melihatnya sebagai potensi bencana jangka panjang.
Ia menempatkan dirinya sebagai tameng bagi masyarakat adat dan kelestarian alam Sangihe, meskipun menyadari risiko politik yang sangat besar mengintai di belakangnya.
Baca Juga: BMKG: Gempa M 7,0 Di Sangihe Sulut Tak Berpotensi Tsunami
Di tengah perjuangannya yang sedang berada di puncak, publik dikejutkan dengan kabar meninggalnya Helmud Hontong secara mendadak.
Sang pejuang lingkungan tersebut mengembuskan napas terakhir dalam penerbangan pulang dari Bali menuju Manado, saat pesawat yang ditumpanginya tengah transit di Makassar.
Peristiwa memilukan itu terjadi di atas pesawat Lion Air JT-740 pada Rabu, 9 Juni 2021.
Kematian Helmud yang terjadi secara tiba-tiba di udara, tanpa adanya riwayat penyakit kronis yang diketahui publik, segera memicu gelombang spekulasi.
Hal ini semakin diperkuat karena waktu kepergiannya sangat berdekatan dengan momentum perlawanan kerasnya terhadap proyek tambang emas.
Banyak pihak, mulai dari aktivis lingkungan hingga masyarakat luas, mempertanyakan penyebab pasti wafatnya sang pemimpin daerah yang vokal tersebut.
Berita Terkait
-
Wafat di Pesawat Usai Tolak Tambang Emas, Kematian Wabup Sangihe Helmud Hontong Kembali Bergema
-
Nelayan Penolak Tambang PT TMS di Sangihe Diduga Disiksa di Lapas: Ditendang, Diborgol, Ditelanjangi sambil Jalan Bebek
-
PT TMS Tak Patuhi Putusan PTUN, Anggota Komisi VII DPR Minta Menteri ESDM Evaluasi Seluruh Izin Tambang di Pulau Sangihe
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar