Suara.com - Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, akhirnya buka suara terkait seruan yang mendesak agar Israel dilarang tampil di kompetisi sepak bola internasional.
Desakan itu muncul di tengah perang berkepanjangan antara Israel dan Palestina di Gaza, yang telah merenggut lebih dari 80 ribu nyawa, termasuk 17 ribu anak-anak.
Isu ini menyeruak karena adanya perbandingan dengan langkah UEFA terhadap Rusia.
Pada 2022, ketika Rusia menginvasi Ukraina, UEFA bersama FIFA langsung menjatuhkan sanksi, melarang semua klub dan tim nasional Rusia tampil di kompetisi resmi. Hingga kini, larangan itu masih berlaku.
Namun, berbeda dengan Rusia, Israel tetap diizinkan berkompetisi.
Juara Liga Israel, Maccabi Tel Aviv, bahkan dipastikan tampil di Liga Europa musim ini, satu grup dengan Aston Villa, Lyon, Dinamo Zagreb, dan tim-tim papan atas lainnya.
Seruan larangan terhadap Israel semakin kencang dalam beberapa bulan terakhir.
Asosiasi Pelatih Sepak Bola Italia (AIAC) bahkan mengirimkan surat terbuka yang meminta FIFA dan UEFA untuk menangguhkan Israel dari semua kompetisi internasional.
Surat itu ditulis jelang laga kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Italia dan Israel yang akan digelar di lokasi netral, Debrecen, Hungaria.
Baca Juga: UEFA Bungkam Soal Israel, Tapi Rusia Tetap Dihukum: Standar Ganda?
AIAC menegaskan bahwa melihat korban sipil yang terus berjatuhan, langkah tegas terhadap Israel menjadi sebuah “kewajiban moral”.
Selain itu, sejumlah aksi protes juga dilakukan.
Di laga terakhir Italia, puluhan suporter memilih membelakangi stadion ketika lagu kebangsaan Israel diputar.
Hal serupa juga terjadi pada pertandingan basket kursi roda antara Israel dan Inggris.
Meski tekanan publik meningkat, UEFA masih mempertahankan sikap membiarkan Israel bermain. Menurut Ceferin, atlet seharusnya tidak menjadi korban dari konflik geopolitik.
“Apa yang terjadi pada warga sipil di sana sungguh menyakitkan. Tapi saya bukan pendukung larangan terhadap atlet. Apa yang bisa dilakukan seorang pemain sepak bola terhadap kebijakan pemerintahnya? Tidak banyak,” ujar Ceferin dalam wawancara dengan Politico.
Berita Terkait
-
UEFA Bungkam Soal Israel, Tapi Rusia Tetap Dihukum: Standar Ganda?
-
Malaysia Desak Sidang PBB Seret Israel ke Mahkamah Internasional
-
Pot Drawing UCL dan Jadwal Liga Champions Musim 2025/2026
-
UEFA Bikin Kejutan! Final Liga Champions Kini Tak Lagi Tengah Malam
-
Kardinal Matteo Zuppi 7 Jam Doa Bacakan 12 Ribu Nama-nama Anak Gaza Korban Israel
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
Terkini
-
1 Detik Rizky Ridho Dapat FIFA Puskas Award 2025 Catat Rekor Gila
-
Keuntungan Mutlak Buat Pemain Muda Jika Timur Kapadze Latih Timnas Indonesia
-
Blak-blakan, Pedri Ungkap Satu Penyesalan Terbesar di Barcelona
-
Taktik Rapuh Heimir Hallgrimsson, Layak Tangani Timnas Indonesia?
-
Misi Nyaris Mustahil, Italia Harus Kalahkan Negara Erling Haaland dengan Selisih 9 Gol
-
Media Internasional: Timur Kapadze Bisa Bantu Timnas Indonesia di Masa Transisi
-
Norwegia Selangkah Lagi Lolos ke Piala Dunia 2026, Cuma Butuh Imbang Lawan Italia
-
Sekali Klik! Link Voting Rizky Ridho di FIFA Puskas Award 2025
-
Persib Bandung Didenda Rp115 Juta Karena Tiga Pelanggaran
-
Calon Pelatih Timnas Indonesia Heimir Hallgrimsson Sebut Israel Layak Disanksi