Bola / Bola Indonesia
Rabu, 01 Oktober 2025 | 21:21 WIB
Turnamen sepak bola Antardesa Bertajuk PIK 2 Cup 2025 (dok. PIK 2).
Baca 10 detik
  • Ribuan warga memadati lapangan-lapangan desa, menunjukkan kecintaan dan semangat luar biasa terhadap sepak bola di tingkat lokal.
  • Dari Teluknaga hingga Mauk, semangat yang sama dirasakan masyarakat, menjadikan sepak bola sebagai ajang pemersatu antarwilayah.
  • Gelaran ini berlangsung serentak di berbagai kecamatan seperti Kosambi, Sukadiri, Kronjo, dan lainnya, menandakan pemerataan partisipasi olahraga.

Suara.com - Ribuan warga tumpah ruah di berbagai lapangan desa se-Kabupaten Tangerang, Minggu (28/9/2025).

Semangat sepak bola benar-benar meledak dari Teluknaga, Kosambi, Sukadiri, Kronjo, Kemiri, Pakuhaji, hingga Mauk. 

Sebuah turnamen akbar antardesa bertajuk PIK 2 Cup 2025 resmi dimulai yang menghadirkan euforia yang menyatukan warga.

Pertandingan perdana berlangsung di Stadion Mini Tunas Jaya, Teluknaga. Tim Kosambi Barat menantang Desa Rawa Burung, sementara Desa Muara berhadapan dengan Desa Melayu Barat. 

Suara peluit dibunyikan, sorakan membahana, dan atmosfer panas langsung membungkus lapangan. 

Bagi para pemain muda, laga ini bukan sekadar pertandingan, melainkan kesempatan untuk membawa nama desanya ke babak berikutnya.

Puluhan tim desa dan kelurahan ikut berkompetisi. Mereka semua mengincar satu tujuan yakni mengangkat trofi pada partai final yang dijadwalkan 7 Oktober mendatang. 

Namun di balik perebutan piala, turnamen ini menghadirkan kebanggaan tersendiri. Anak-anak muda tampil penuh semangat, sementara warga yang memenuhi pinggir lapangan berteriak lantang mendukung tim kebanggaan mereka.

“Terima kasih kepada Agung Sedayu Group melalui CSR PIK2. Tahun ini sudah masuk tahun ke-4, semoga sepakbola terus hidup di Kabupaten Tangerang,” ujar Anggota DPRD Kabupaten Tangerang, Sapri dalam keterangannya, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga: Anggota Tribunal FIFA Ternyata Eks Pengacara Hebat, Banding FAM Bakal Ditolak?

Bagi masyarakat desa, sepak bola bukan hanya hiburan. Ia adalah napas kebersamaan, wadah lahirnya talenta, sekaligus perekat solidaritas warga. 

Setiap gol, tekel, hingga pelukan usai pertandingan menjadi simbol harapan baru. 

Dari lapangan desa, mimpi-mimpi sepakbola itu tumbuh, menunggu kesempatan mekar di panggung yang lebih besar.

Load More