Suara.com - Arab Saudi, Minggu (13/4/2014), mengakui peningkatan jumlah kasus penyebaran virus mematikan di kerajaan itu selama dua pekan terakhir.
Sementara itu Uni Emirat Arab secara terpisah juga mengakui penemuan enam kasus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di antara petugas kesehatan di negara tersebut. Salah satu petugas kesehatan meninggal karena penyakit itu.
"Saya tidak yakin mereka menyadari betapa besarnya hal ini," kata seorang dokter Arab Saudi di Rumah Sakit Raja Fahd, rumah sakit umum terbesar di Jeddah, yang menerima lonjakan pasien akibat virus itu sepanjang April.
Rumah sakit itu membuka kembali ruang gawat daruratnya setelah ditutup pada Jumat (11/4/2014). Penutupan itu, karena pejabat setempat, untuk membersihkan tempat itu dari MERS.
Meski demikian pasien-pasien menghindari rumah sakit itu, sementara para pekerja sangat gelisah setelah salah satu rekan mereka meninggal akibat MERS dan seorang lagi jatuh sakit.
"Yang sangat saya inginkan sekarang adalah agar rumah sakit ini ditutup sampai penyebaran virus ini berhenti," kata dokter perempuan yang tidak ingin namanya disebut itu.
Pekan lalu jumlah kasus MERS di Saudi mencapai titik tertinggi sejak teridentifikasi satu setengah tahun silam. Menurut Dr Ian M Mackay, pakar epidemiologi Australia yang melacak penyebaran virus itu, sebanyak 50 kasus penyakit yang disebabkan coronavirus (CoV) itu sudah ditemukan pada pekerja di bidang kesehatan.
"Sejauh yang kami tahu, MERS-CoV tidak menyebar dengan mudah di antara manusia," kata Mackay.
Saudi dan sejumlah negara Teluk lainnya mengklaim sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan infeksi virus yang menyerang sistem pernafasan itu, sejak pertama kali teridentifikasi pada September 2012. Sudah 228 kasus MERS yang tercatat oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan 92 di antaranya berakhibat fatal.
Sebagian kasus MERS ditemukan di Saudi, tetapi pemerintah Yaman pada Minggu juga melaporkan menemukan kasus pertama di negaranya.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa onta adalah salah satu tempat berkembang biaknya virus tersebut, meski ditemukan juga indikasi penyebaran antara manusia meski masih terbatas. (Wall Street Journal)
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda