Jamu tradisional nampaknya masih belum sepopuler obat modern. Sebagian besar orang pun lebih memilih mengonsumsi vitamin yang diproduksi perusahaan tertentu agar sehat dan bugar.
Sebagai Profesor Riset Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan yang baru saja dikukuhkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hari ini, Lestari Handayani menilai pentingnya jamu tradisional dikemas semenarik mungkin agar meningkatkan nilai jual di masyarakat luas.
"Saya rasa cara pemasarannya juga harus lebih modern, dikemas semenarik mungkin dan praktis dibawa kemana-mana agar jangan kesannya hanya untuk orang tua saja. Misalnya dengan membuat kafe jamu," ujar Lestari usai pengukuhan menjadi Profesor Riset di Ruang J. Leimena Lantai 2 Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Senin, 24/11/2014.
Lestari mengaku bahwa banyak sekali masyarakat umumnya tinggal di perkotaan yang masih menganggap jamu sebagai minuman "kampung". Padahal, kata Lestari, khasiatnya sudah diteliti secara klinis dan terbukti baik untuk kesehatan.
"Budaya minum jamu itu milik kita, jangan sampai hilang karena modernisasi. Karena jamu terbukti bermanfaat untuk menjaga kesehatan," imbuh wanita kelahiran Surabaya ini.
Hal yang sama diungkapkan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek pada sambutannya yang menyatakan kebanggaannya terhadap berbagai tanaman tradisional asli Indonesia yang memiliki khasiat kesehatan.
"Tidak mungkin Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan seusatu tidak ada manfaatnya. Begitu juga dengan tanaman tradisional yang dimiliki Indonesia. Marilah minum jamu agar badan sehat dan bugar," kata Nila.
Sebagai bentuk nyata dukungannya terhadap jamu tradisional ini, Nila menganjurkan para pegawainya mengganti minuman teh atau kopi yang biasa terhidang di meja kerjanya dengan jamu tradisional.
"Saya menganjurkan jajaran Kemenkes untuk minum jamu. Saya dan jajaran eselon 1 sudah rutin minum jamu yang biasanya teh atau kopi," kata Nila.
Berita Terkait
-
Punya Nilai Jual, Masyarakat di Sukabumi Diajak Ikuti Pelatihan Produksi Jamu Tradisional
-
Punya Nilai Ekonomi dan Kesehatan, Emak-emak Diberi Pelatihan Pembuatan Jamu Tradisional di Pekanbaru
-
Pemasukan Tambahan, Emak-emak di Sumut Diajarkan Cara Membuat Jamu Tradisional
-
Icip Nikmatnya Jamu Tradisional dari Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul
-
Waspada! LPPOM MUI Ungkap Tidak Semua Jamu Halal, Ada Juga Loh Jamu Haram: Ini 3 Jenisnya
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
Terkini
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru