Pasien cenderung menerima apapun obat yang diresepkan dokter kepadanya, karena mereka percaya bahwa dokter akan selalu memberikan yang terbaik. Padahal, tak sedikit dokter yang asal dalam memberikan antibiotik sehingga berujung pada risiko yang harus ditanggung pasien di kemudian hari.
Menanggapi hal ini, dr. Purnamawati S Pujiarto, SpAK, MMPed, penasehat Yayasan Orang Tua Peduli mengatakan, ketika diresepkan obat oleh dokter, sebaiknya pasien harus kritis dan banyak bertanya seputar kegunaan dan efek samping obat tersebut.
Pasalnya, jika obat yang diberikan tersebut tergolong antibiotik maka penggunaan yang tak tepat bisa menimbulkan resistensi pada bakteri penyebab penyakit tersebut.
"Be smart! Kita sebagai pasien juga harus tahu penyakit apa saja yang butuh antibiotik dan mana yang tidak. Jangan demam sedikit, atau batuk, pilek diberi antibiotik iya-iya saja. Karena penyakit ringan seperti itu disebabkan oleh virus sehingga obatnya bukan antibiotik," ungkap dr Purnamawati pada Seminar "Cegah Resistensi Antibiotik Demi Selamatkan Manusia" di Jakarta, Rabu (5/8/2015).
Bagi yang sudah telanjur mengonsumsi obat antibiotik pada penyakit-penyakit ringan, Ia dengan tegas mengimbau untuk menghentikan kebiasaan ini.
"Caranya ya stop saja. Karena sekarang sudah tahu bahaya dari resistensi obat, maka jangan sembarangan mengonsumsinya. Tidak semua bakteri di tubuh kita jahat kok, ada juga bakteri baik yang dibutuhkan tubuh. Kalau nggak sakit lalu minum antibiotik berarti bakteri baiknya juga hilang malah kekebalan tubuh bisa menurun," imbuhnya.
Sependapat dengan dr Purnamawati, Guru Besar Farmakologi Universitas Indonesia, Prof. DR. dr Rianto Setiabudy mengatakan bahwa dokter juga harus turut aktif memberi informasi selengkap-lengkapnya untuk pasien. Dalam pemberian obat pun harus bijak, masuk akal dan rasional.
"Dokter harus mendidik pasiennya. Kalau saya menjadi dokter saya akan jelaskan kenapa saya tidak memberi antibiotik. Sehingga masyarakat akan berusaha melindungi dirinya dari resistensi obat itu," pungkas Prof Rianto.
Tag
Berita Terkait
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Masa Depan Kesehatan Berkelanjutan: Butuh Solusi Lintas Sektor
-
Lele Antibiotik: Amankah Dikonsumsi? Ancaman Resistensi Mengintai!
-
Antibiotik Ganggu Usus? Ini Makanan Pemulihnya
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia