Suara.com - Prevalensi penyakit diabetes semakin meningkat bahkan Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara dengan angka penyandang diabetes terbesar di dunia, setelah Cina, India, Amerika Serikat, dan Brazil. Pada 2014 tercatat jumlah penyandang diabetes di Indonesia telah mencapai sekitar 9,1juta jiwa .
Prof. Dr. Agung Pranoto , dr., MSc., SpPD-KEMD, FINASIM, selaku pakar diabetes menyebut bahwa tantangan utama dalam pengendalian penyakit diabetes adalah deteksi dini, pencegahan, dan tata laksana yang tepat di tengah masyarakat yang masih harus ditingkatkan.
"Oleh karena itu edukasi yang berkelanjutan adalah kegiatan yang harus senantiasa dilakukan guna memberikan informasi secara terus menerus kepada masyarakat akan penyakit diabetes," tuturnya pada temu media 'Animasi Manis' di Jakarta, Senin (24/8/2015).
Salah satu yang harus menjadi bahan edukasi adalah mitos dan fakta seputar diabetes yang seringkali menciptakan informasi kurang tepat dan stigma di masyarakat.
Lalu apa saja mitos dan fakta seputar diabetes yang harus diluruskan? Simak ulasan berikut!
1. Mitos: Diabetes bukan penyakit serius
Fakta: Apabila ditangani secara benar, diabetes tidak akan menyebabkan komplikasi berbahaya yang dapat merusak organ seperti mata, jantung, peredaran darah, sistem saraf, gigi dan gusi, kaki dan kulit, atau ginjal. Tapi pada kenyataannya diabetes menyebabkan kematian lebih banyak daripada kanker payudara dan AIDS digabung.
2. Mitos: Jika kita gemuk atau memiliki berat badan diatas rata-rata dengan indeks massa tubuh 25-29.9 atau lebih, maka pasti pada akhirnya akan mengidap diabetes tipe 2
Fakta: Kegemukan adalah salah satu faktor resiko penyakit ini, tapi ada juga faktor resiko lain yang harus diperhitungkan seperti faktor keturunan, etnis, dan usia. Bahkan sebagian orang gemuk tidak mengidap diabetes tipe 2, dan banyak penderita diabetes tipe 2 memiliki berat badan normal atau hanya sedikit gemuk.
3. Mitos: Makan terlalu banyak gula dapat menyebabkan diabetes
Fakta: Jawabannya tidak sesederhana itu. Tingginya gula darah pada penderita diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya insulin. Dan ini adalah faktor genetik yang belum diketahui sebabnya. Sementara diabetes tipe 2 disebabkan oleh banyak faktor resiko: kegemukan, keturunan, etnis, dan usia.
4. Mitos: Penderita diabetes hanya dapat makan makanan khusus untuk diabetes
Fakta: Pola makan yang sehat untuk penderita diabetes pada dasarnya sama dengan pola makan sehat untuk siapapun – rendah lemak jenuh, garam dan gula yang tidak berlebihan, protein daging tanpa lemak, sayur-sayuran, gandum, dan buah-buahan.
5. Mitos: Penderita diabetes hanya dapat makan sedikit karbohidrat seperti roti, jagung, dan pasta
Fakta: Karbohidrat juga merupakan bagian dari pola makan sehat. Kuncinya adalah pada porsi, jangan berlebihan. Pilih jumlah karbohidrat sesuai kebutuhan metabolisme tubuh.
6. Mitos: Penderita diabetes tidak dapat makan permen atau cokelat
Fakta: Jika dikonsumsi sebagai bagian pola makan sehat dan dikombinasikan dengan olahraga maka permen dan coklat dapat dinikmati oleh penderita diabetes. Tidak ada perbedaan tentang apa yang bisa/tidak dikonsumsi oleh penderita diabetes dan orang sehat. Kuncinya adalah porsi, agar tidak berlebihan dan jangan terlalu sering.
7. Mitos: Diabetes dapat ditularkan
Fakta: Diabetes bukan penyakit menular, tapi lebih ke penyakit yang berhubungan dengan genetik dan gaya hidup, terutama bagi diabetes tipe 2.
8. Mitos: Penderita diabetes lebih mudah terkena flu atau penyakit lainnya
Fakta: Penderita diabetes tidak menjadi lebih mudah sakit. Namun penderita diabetes dianjurkan untuk mendapatkan vaksinasi flu. Penyakit apapun dapat membuat diabetes lebih sulit dikendalikan, dan penderita diabetes yang terkena flu dapat menyebabkan komplikasi lainnya yang lebih serius.
9. Mitos: Buah adalah makanan sehat, jadi baik untuk dimakan sebanyak-banyaknya
Fakta: Buah adalah makanan sehat yang mengandung serat, vitamin, dan mineral. Tapi buah juga mengandung karbohidrat, sehingga konsumsinya harus dianggap sebagai bagian dari pola makan sehat. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi tentang berapa banyak, sering, atau tipe buah yang dapat dimakan.
10. Mitos: Diabetes tidak dapat dicegah
Fakta: Salah! Sampai dengan 80 persen diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan mengubah pola makan, meningkatkan kegiatan fisik, dan memperbaiki lingkungan dimana kita hidup.
Berita Terkait
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Transformasi Mengejutkan Fahmi Bo: Dulu Bugar, Kini Kondisinya Bikin Miris
-
Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 pada Anak, Orang Tua Wajib Waspada!
-
Ilmuwan Muda Indonesia Temukan Senyawa Baru untuk Mengatasi Diabetes
-
5 Gejala Pradiabetes yang Wajib Diwaspadai, Termasuk Kesemutan Tangan dan Kaki!
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah