Suara.com - Dokter spesialis bedah dari John Hopkins University School of Medicine akan melakukan transplantasi penis terhadap tentara muda Amerika Serikat yang terluka parah akibat ledakan bom di Afghanistan. Ia kehilangan organ seksualnya dan tidak bisa melakukan hubungan seks layaknya lelaki normal lainnya.
Untuk itu, tentara muda yang bernama Aaron Causey ini akan menerima cangkok penis dari donor yang sudah meninggal dunia.
Jika cangkok penis ini berhasil, maka John Hopkins akan melakukan hal yang sama terhadap veteran perang AS yang terluka saat bertugas dan beberapa diantaranya harus kehilangan sebagian atau seluruh penisnya.
Namun, transplantasi penis bukanlah hal yang umum di dunia medis internasional. Baru ada dua operasi tranplantasi penis yang pernah dilakukan dan hanya satu yang berhasil.
Oleh karena itu tindakan transplantasi ini dianggap masih sebatas percobaan. Rumah sakit pun masih mempertimbangkan langkah operasi yang menjadi standar tindakan.
Dokter dari John Hopkins juga saat ini masih mengidentifikasi kandidat veteran yang akan menjalani operasi.
Pada lelaki yang kehilangan penis seutuhnya masih mungkin menjalani cangkok penis meski hanya untuk berhubungan seksual dan bukan untuk memiliki anak.
Dokter Andrew Lee, kepala bedah plastik dan rekonstruktif di Johns Hopkins mengatakan bahwa transplantasi penis membutuhkan waktu selama 12 jam. Dokter bedah akan menghubungkan saraf, vena dan arteri serta menjahitnya.
Namun bukan berarti tindakan operasi ini tanpa risiko. Lee mengatakan bahwa pasien bisa saja mengalami infeksi, perdarahan bahkan meningkatkan risiko kanker.
Oleh karena itu setelah transplantasi, pasien akan menjalani prosedur pengobatan anti-penolakan dan akan membutuhkannya sepanjang hidup.
"Obat-obatan semacam itu bekerja menekan sistem kekebalan dan bisa meningkatkan kemungkinan infeksi dan kanker," ujar Lee. (Foxnews)
Berita Terkait
-
Kulit Penis Kering? Kenali 5 Penyebab dan Solusinya
-
Penis Pria Paruh Baya Bengkok dan Memar Usai Berhubungan Seks, Ini Penjelasan Dokter
-
Foto Penis Pasien yang Koma, Dokter di Australia Didenda Hingga Ratusan Juta
-
Sadis! Pria Dibantai Tetangga, Alat Kelamin Dimutilasi di Dekat Stasiun Palam
-
Operasi Memperbesar Penis Tanpa Lisensi Selama 20 Tahun, Dokter Gadungan Ditangkap
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak