Suara.com - Belakangan diet susu rendah lemak banyak digemari karena diklaim lebih menyehatkan dibandingkan susu tinggi lemak. Terlebih, angka obesitas yang memicu beragam penyakit, meningkat beberapa tahun terakhir di seluruh belahan dunia.
Namun ternyata sebuah studi terkini mendapati bahwa susu rendah lemak yang kerap diagung-agungkan pelaku gaya hidup sehat tidak sepenuhnya aman melindungi seseorang dari bahaya obesitas.
Justru temuan studi menunjukkan bahwa konsumsi susu tinggi lemak dapat menurunkan risiko seseorang mengidap diabetes dan membuat tubuh menjadi lebih ramping. Diabetes sendiri dianggap sebagai penyakit mematikan yang menginfeksi 422 juta orang di seluruh dunia.
Dalam penelitian yang dipimpin Dr Dariush Mozaffarian terhadap 3.333 orang dewasa dalam Nurses Health Study of Health Professionals Follow-up Study, ditemukan bahwa orang yang sering mengonsumsi tiga jenis susu tinggi lemak mengalami risiko yang lebih rendah mengidap diabetes sebanyak 46 persen.
Mozaffarian juga menegaskan bahwa belum ada cukup bukti yang menunjukkan manfaat susu rendah lemak yang lebih sehat dibandingkan susu tinggi lemak.
Bahkan ia menyatakan, orang yang mengonsumsi susu rendah lemak justru mengganti asupan energinya dengan gula atau karbohidrat yang sama-sama memicu diabetes.
"Hasil temuan ini bisa menjadi pertimbangan untuk mengubah rekomendasi orang dalam mengonsumsi susu rendah lemak," ujar Mozaffarian.
Studi lain yang juga membahas keuntungan susu tinggi lemak dibandingkan susu rendah lemak dipublikasikan dalam American Journal of Nutrition terhadap 18.438 perempuan yang mengonsumsi susu rendah lemak dan susu biasa yang mengandung lemak. Mereka yang mengonsumsi susu tinggi lemak justru mengalami penurunan risiko kegemukan sebesar 8 persen.
Mozaffarian pun menjelaskan mekanisme bagaimana orang yang mengonsumsi susu tinggi lemak namun lebih ramping dan rendah risiko diabetes ketimbang mereka yang mengonsumsi susu rendah atau tanpa lemak.
"Mereka lebih cepat kenyang ketika mengonsumsi susu tinggi lemak, akibatnya mereka tidak perlu menambah kalori dari makanan lain yang mengandung gula atau karbohidrat," pungkasnya. (Daily Mail)
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar