Suara.com - Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebut, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita perempuan Indonesia dengan jumlah penderita mencapai 12.146 jiwa.
Dokter spesialis radiologi Siloam Hospital Kebon Jeruk, dr. Vera Nevyta Tarigan mengatakan bahwa kurangnya kesadaran untuk deteksi dini menjadi penyebab tingginya jumlah penderita kanker payudara di Indonesia. Padahal salah satu deteksi dini yang dinamakan 'SADARI' atau periksa payudara sendiri tak membutuhkan biaya sepeserpun dan caranya mudah dilakukan.
"Kalau tumor jinak dideteksi secara dini, maka peluang untuk terhindar dari kanker payudara semakin besar. Seharusnya SADARI memang sudah mulai diajarkan pada remaja perempuan yang baru mendapatkan menstruasi," ujar Vera di sela temu media di Siloam Hospital Kebon Jeruk, Selasa (24/5/2016).
Salah satu anggapan yang salah pada perempuan mengenai gejala kanker payudara adalah menunggu nyeri baru memeriksakan diri ke dokter. Padahal menurut Vera, kanker payudara tak selalu ditandai dengan nyeri.
"Tumor itu tidak menimbulkan gejala, bahkan juga tidak menimbulkan nyeri. Jadi kalau baru mau periksa tunggu nyeri di payudara itu salah sekali. Tahu-tahu tumor atau kanker justru sudah ganas," ujar Vera.
Ia menambahkan, keluhan nyeri pada bagian payudara wajar terjadi dan biasanya disebabkan karena faktor hormonal. Oleh karena itu Ia mengimbau agar kaum hawa tetap mendeteksi dini ada tidaknya tumor payudara meski tidak mengalami nyeri.
"Intinya kalau saat SADARI merasakan adanya benjolan, segera konsultasikan ke dokter. Jangan tunggu nyeri," tambahnya.
Deteksi dini kanker payudara sendiri, lanjut dia, bisa dilakukan melalui pemeriksaan mamografi, USG, MRI, hingga Automated Breast Volume Scan (ABVC).
Berita Terkait
-
Staf Ahli DPRD Dairi Ditangkap Kasus Begal Payudara Anak Sekolah
-
Langkah Merdeka: Lelang Amal Siloam Hospitals untuk Skrining Kanker Payudara Gratis
-
Selain Mpok Alpa, 5 Artis Ini Juga Meninggal Dunia karena Kanker Payudara
-
Netizen Sebut Daun Telinga Mpok Alpa Layu Sebelum Wafat, Benarkah Jadi Tanda-Tanda Kematian?
-
Belajar dari Kepergian Mpok Alpa: Lakukan SADARI untuk Deteksi Kanker Payudara Sekarang
Terpopuler
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
-
Dari LPS ke Kursi Menkeu: Akankah Purbaya Tetap Berani Lawan Budaya ABS?
-
Perang Tahta Sneakers Putih: Duel Abadi Adidas Superstar vs Stan Smith. Siapa Rajanya?
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?