Ini karena residu bahan kimia menumpuk di atau dekat kumparan pemanas. Selagi residu ini memanas, vape merilis bahkan lebih banyak bahan kimia.
Kombinasi bahan kimia ini dapat memicu kerusakan sel yang bisa menyebabkan kanker, kata peneliti dari Veterans Affairs San Diego Healthcare System. Peneliti menggunakan teknik pengasapan dari uap vape langsung pada sampel sel epitel sehat (yang melapisi organ, kelenjar, dan rongga seluruh tubuh — termasuk mulut dan paru-paru) di cawan petri.
Mereka menemukan racun kimia ini merugikan sel tubuh dengan cara yang dapat memicu perkembangan tumor bahkan jika vape tersebut bebas nikotin.
Berdasarkan penelitian tersebut, sel-sel tubuh yang terpengaruh lebih mungkin untuk langsung terprogram mengalami cedera sel (nekrosis) atau kematian sel (apoptosis). Sel-sel yang terpengaruh asap, khususnya, menunjukkan tanda-tanda putusnya rantai double helix DNA.
Ketika salah satu atau kedua rantai pecah dan proses perbaikan sel tidak bekerja dengan benar, ini dapat menyebabkan kanker.
Vaping Belum Ada Aturannya
Bukti-bukti ilmiah di balik rokok elektrik masih sangat terbatas dan tidak menyakinkan. Rokok elektrik juga tidak diatur oleh FDA Amerika maupun BPOM RI, yang pada dasarnya memungkinkan produsen e-rokok untuk beroperasi tanpa banyak pengawasan atas isi nikotin dan komponen kimia lainnya dalam cairan e-rokok mereka.
Bukti-bukti yang tersedia sampai saat ini menunjukkan rokok elektrik memproduksi racun pada tingkat yang sangat rendah dibanding rokok tembakau sehingga pakar kesehatan berpendapat risiko vaping cenderung rendah — dan tentu saja jauh lebih rendah dibandingkan dengan tembakau.
Di sisi lain, penyakit kronis seperti kanker, penyakit paru-paru, dan penyakit jantung butuh beberapa tahun untuk berkembang — penggunaan vape yang marak hanya baru-baru ini sehingga tidak cukup lama untuk dapat mengembangkan penyakit. Juga, sebagian besar pengguna rokok elektrik adalah perokok atau mantan perokok, sehingga akan sulit untuk mengurai apakah merokok atau vaping yang menjadi penyebab sebenarnya dari apa pun penyakit yang mungkin berkembang.
Berbagai penelitian memelajari efek dari uap asap e-rokok terhadap sel kultur dan hewan laboratorium, tetapi belum ada yang secara akurat memberi tahu kita tentang apa yang bisa benar-benar terjadi akibat penggunaan rokok elektrik di dunia nyata pada manusia dalam jangka panjang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek