Suara.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan bibit dari segala penyakit. Stroke, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal hingga demensia, merupakan beberapa penyakit yang diakibatkan dari tekanan darah tinggi.
Data Riskesdas 2013 mencatat, prevalensi penderita hipertensi di Indonesia di atas usia 65 tahun lebih banyak dialami kaum hawa yakni sebesar 28.8 persen dibandingkan laki-laki 22.8 persen. Apa penyebabnya?
Menurut Pakar Hipertensi & Pendiri InaSHdr, dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP, FIHA, seiring dengan bertambahnya usia, peningkatan tekanan darah merupakan hal yang wajar. Namun saat memasuki menopause, penurunan hormon estrogen yang dialami perempuan akan meningkatkan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.
"Jadi perempuan ketika berhenti menstruasi maka hormon estrogen berkurang drastis. Hal ini bisa merusak sel-sel endotel sehingga memicu terjadinya plak di pembuluh darah," ujar dia pada temu media '11th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension' di Jakarta, Kamis (23/2/2017).
Arieska menambahkan adanya plak di pembuluh darah dapat memicu tekanan darah tinggi yang menjadi penyebab penyakit jantung hingga stroke. Sedangkan pada lelaki, penurunan hormon testosteron tak memberi dampak berarti pada risiko tekanan darah tinggi, kecuali jika disertai dengan kebiasaan hidup tak sehat, obesitas dan merokok.
"Pada usia dewasa muda, hipertensi lebih banyak terjadi pada lelaki, namun ketika di atas usia 50 tahun, insiden hipertensi pada kaum hawa meningkat lebih cepat bahkan prevalensinya bisa mencapai 60 persen karena faktor hormon estrogen yang berkurang," tambah dia.
Selain itu, kata Arieska, kehamilan yang dialami perempuan juga bisa memicu hipertensi. Kasus hipertensi selama kehamilan dapat mencapai 7-9 persen dengan tingkat tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
"Biasanya hipertensi saat kehamilan terjadi pada perempuan yang hamil saat usia muda (remaja), atau hamil di atas usia 40 tahun. Hal ini sangat berisiko. Sedangkan laki-laki tidak mengalaminya," terangnya.
Penanganan hipertensi sendiri, tambah dia, bisa dilakukan dengan mengubah pola hidup, membatasi konsumsi garam, mengonsumsi obat-obatan anti hipertensi dan melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien