Suara.com - Makanan manis sangat disukai anak-anak. Berbagai panganan manis yang banyak ditawarkan dengan tampilan yang sangat memikat hati memang menggoda untuk dilahap dibandingkan makanan sehat. Bahkan kini camilan yang sedang "ngetren" didominasi oleh aneka makanan manis dan tepung-tepungan yang mengandung kadar gula yang tinggi.
Melihat kondisi ini, para orangtua tentu saja harus bijak menyikapinya. Pasalnya, keliru dalam menerapkan pola asuh dapat membuat anak kecanduan gula. Lalu bagaimana ciri-ciri jika anak telah kecanduan gula?
Menurut dr. Reni Wigati, SpA, Dokter Spesialis Anak dari RS Dharmais, tanda anak kecanduan gula bisa dilihat dari reaksinya jika dilarang untuk mengonsumsi makanan tinggi gula.
"Anak tidak bisa lepas. Dia akan temperamen atau marah ketika nggak diberi makanan atau minuman manis yang dimintanya. Dia bisa berteriak atau melempar barang seperti tantrum," ujarnya pada temu media di Jakarta, Jumat (21/7/2017).
Jika anak sudah menunjukkan gelagat seperti ini, Reni mengimbau agar orangtua segera memodifikasi perilaku makan anak dan mengajaknya untuk melakukan aktivitas fisik. Orangtua juga diharapkan tegas dalam membuat aturan sehingga dampak negatif dari kecanduan gula bisa diminimalisir.
"Anak seusianya itu banyak sekali negoisasi. Tapi jangan sampai orangtua melepas kontrol kepada anak. Buat kesepakatan agar anak membatasi konsumsi makanan atau minuman tinggi gula dan biasakan ia untuk melakukan aktivitas bisa dengan berjalan atau naik tangga agar kalori yang masuk bisa dibakar," terangnya.
Sebagai pencegahan dari kecanduan gula, Reni menambahkan, sebaiknya pola makan yang benar sudah mulai diperkenalkan sejak anak memasuki masa makanan pendamping ASI (MPASI). Pola makan yang benar tersebut mencakup menjadwalkan makanan utama tiga kali sehari dan menyelingi dengan camilan dengan pemberian buah segar saja dan air putih.
"Jadi, camilannya jangan yang manis-manis atau cookies gitu tapi buah segar bukan jus. Dan kalau mau minum, itu harus air putih. Selanjutnya kebutuhan kalori disesuaikan dengan berat badan anak," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Elvina Karyadi, M.Sc., Ph.D, SpGK, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) DKI Jakarta mengatakan, orangtua juga harus menerapkan aturan dalam membuat makanan di rumah, seperti tak terlalu berlebihan dalam menambahkan gula pada makanan atau minuman.
"Ada survei yang menunjukkan bahwa sumber gula terbanyak dari minuman yang kita buat di rumah, seperti teh, kopi, jus. Kadang gulanya dua sendok teh, terus tiga kali sehari. Sudah berapa itu sehari konsumsi gulanya. Jadi memang harus dibatasi," pungkas dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana