Suara.com - Paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko patah tulang dengan menyebabkan hilangnya kepadatan mineral.
Penelitian besar yang dilakukan di Amerika Serikat tersebut merupakan penelitian pertama yang mendokumentasikan tingkat penerimaan rumah sakit yang tinggi pada kasus patah tulang di masyarakat dengan tingkat partikel lingkungan PM2.5 yang meningkat.
PM2.5 sendiri adalah komponen polusi udara.
Parahnya, risiko penerimaan fraktur tulang paling besar terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah, kata periset.
"Di antara banyak manfaat udara bersih, penelitian kami menunjukkan tentang adanya memperbaiki kesehatan tulang dan cara mencegah patah tulang," kata Andrea Baccarelli dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Mailman Universitas Columbia, AS.
"Beberapa dekade penelitian yang cermat telah mendokumentasikan risiko kesehatan manusia dari polusi udara, seperti penyakit kardiovaskular dan pernapasan, kanker, dan kognisi gangguan, dan sekarang, osteoporosis."
Studi tentang penerimaan fraktur rumah sakit terkait osteoporosis di antara 9,2 juta orang antara 2003 hingga 2010, menunjukkan bahwa peningkatan kecil pada konsentrasi PM2.5 akan menyebabkan peningkatan patah tulang pada manula.
Analisis delapan tahun masa tindak lanjut di antara 692 orang dewasa usia paruh baya dan berpenghasilan rendah menemukan bahwa peserta yang tinggal di daerah dengan tingkat PM2.5 dan karbon hitam yang tinggi serta komponen polusi udara dari emisi otomotif, memiliki tingkat hormon paratiroid yang lebih rendah.
Juga, kata periset, adanya penurunan kepadatan mineral tulang yang lebih besar.
Baca Juga: Polusi Udara Bikin Bayi Cepat Tua?
Hormon paratiroid sendiri merupakan hormon kalsium dan tulang yang penting.
Osteoporosis, adalah akibat paling umum untuk kasus patah tulang di antara orang tua. Itu merupakan penyakit di mana tulang menjadi rapuh dan lemah karena tubuh kehilangan banyak massa tulang daripada yang bisa dibangun kembali.
Masalah partikulat, termasuk PM2.5, diketahui menyebabkan kerusakan oksidatif sistemik dan pembengkakan, yang menurut para periset, dapat mempercepat terjadinya keropos pada tulang dan meningkatkan risiko patah tulang pada individu yang lebih tua.
Merokok, yang mengandung beberapa komponen partikulat, secara konsisten telah dikaitkan dengan kerusakan tulang, kata periset. (zeenews)
Berita Terkait
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
Terkini
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah