Suara.com - Sebanyak 10 persen kasus obesitas pada anak disebabkan oleh kelainan genetik atau biasa dikenal dengan istilah obesitas endogen. Meskipun kecil, obesitas endogen sangat sulit dikendalikan dan umumnya diikuti kelainan lain seperti sindroma hipoventilasi (sesak napas) atau kelainan kaki bengkok (Blout's disease).
Sisanya, 90 persen kasus obesitas pada anak disebabkan oleh kelebihan kalori dan kurang aktivitas fisik. Kata dr. Klara Yuliarti SpA(K), staf pengajar dari FKUI dalam acara Forum Ngobras 'Dampak Jangka Panjang Obesitas Anak', obesitas pada anak dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang seperti hipertensi dan gangguan profil lemak yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK).
Obesitas juga dapat memicu intoleransi glukosa yang merupakan awal dari diabetes melitus tipe 2. Komplikasi lain yang dapat disebabkan oleh obesitas adalah sleep apnea (ganguan tidur), masalah persendian serta perlemakan pada hati dan batu empedu.
"Dengan kata lain, obesitas adalah penyebab berbagai penyakit kronis. Untuk mengelola obesitas anak tidak mudah sehingga lebih baik dilakukan pencegahan sedini mungkin," jelas dr. Klara yang juga staf Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak di FKUI/RSCM.
Selain mengancam risiko kesehatan, obesitas juga memiliki dampak psikososial seperti masalah emosi dan perilaku.
"Sebagai contoh, obesitas memiliki stigma atau stereotip yang cenderung negatif. Dari sudut pandang anak-anak misalnya, apakah anak gemuk nyaman diajak bermain oleh teman-temannya? Untuk permainan fisik yang kompetitif umumnya anak obesitas tidak dapat bergerak aktif atau lamban. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada harga diri dan kepercayaan diri rendah," jelas psikolog, Aurora Lumbantoruan M.Psi dalam kesempatan yang sama.
Pencegahan sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara termasuk menerapkan kebiasaan makan sehat dan aktivitas sehat. Aurora mengatakan, orangtua perlu mematuhi jadwal makan anak hanya dengan makan saat jam makan saja.
Sementara untuk anak yang sudah terlanjur mengalami obesitas, baik Klara dan Aurora menghimbau orangtua untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Caranya adalah dengan memantau BMI secara rutin, dan mendeteksi deposit lemak sejak dini.
Salah satu langkah penting lain dalam mencegah obesitas adalah dengan mengurangi konsumsi gula. Badan Kesehata Dunia, WHO merekomendasikan asupan gula bebas pada anak maupun dewasa, kurang dari 10 persen total asupan kalori dalam sehari.
Baca Juga: Trauma Masa Lalu Bisa Memicu Obesitas pada Perempuan
Yang dimaksud gula bebas adalah monosakarida dan disakarida yang ditambahkan ke makanan dan minuman olahan, termasuk gula alami pada madu, sirup, jus buah, dan buah-buahan kaya kalori.
Konsumsi gula, dijelaskan Aurora Lumbantoruan M.Psi, ada hubungannya dengan faktor pendidikan dan sosial ekonomi pada keluarga.
"Kurang pengetahuan tentang makanan sehat menyebabkan orangtua cenderung membeli makanan tinggi lemak dan murah," jelas Aurora.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan