Suara.com - Data yang dihimpun Kementerian Kesehatan pada Januari-November 2017 melaporkan adanya 593 kasus difteri pada 95 kabupaten/kota dalam 20 provinsi. Dari keseluruhan jumlah tersebut sebanyak 32 kasus berujung kematian.
Untuk mencegah perluasan difteri, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan outbreak response immunization (ORI) yakni imunisasi tahap awal yang digelar serentak di 12 kabupaten/kota. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Mohammad Subuh mengatakan, imunisasi serentak ini akan menyasar balita berusia satu tahun hingga remaja berusia 19 tahun.
"Tanggal 11 Desember, hari Senin depan, kita sudah mulai ORI sampai nanti bulan Juli," kata Subuh saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Lebih lanjut, Subuh mengungkapkan, imunisasi ORI ini akan dilakukan dengan skema 016 yang berarti dilakukan tiga kali penyuntikan. Jadi, imunisasi dilakukan pada 11 Desember 2017, kemudian dilakukan satu bulan setelahnya yakni 11 Januari 2018, dan terakhir dilakukan lagi enam bulan setelahnya dalam waktu delapan bulan.
Kabupaten-kota tersebut antara lain Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Utara, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan.
Menurut Subuh, mewabahnya difteri di Indonesia tidak lepas dari penolakan masyarakat untuk diimunisasi. Padahal, difteri bisa menyebabkan kematian dalam selang waktu dua hingga lima hari usai terinfeksi virus.
"Ini karena dari lapangan, 66 persen kasus difteri karena tidak diimunisasi, 31 persen karena imunisasi tidak lengkap, dan hanya tiga persen imunisasi lengkap," ujar dia.
Subuh menjelaskan alasan dilakukannya ORI di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten dikarenakan kasus KLB difteri yang terberat terdapat di wilayah tersebut setelah Jawa Timur. Sedangkan Provinsi Jawa Timur sudah lebih dulu melakukan imunisasi dampak KLB secara inisiatif tanpa menunggu instruksi dari pemerintah pusat.
"Saat ini diperlukan imunisasi rutin. Penguatan imunisasi harus mencapai 95 persen meski kita ingin 100 persen. Dalam pelaksanaan ORI kami berharap masyarakat tidak menolak demi mencegah perluasan difteri," tandasnya.
Baca Juga: Awas! Difteri Bisa Ancam Nyawa Jika Tidak Segera Ditangani
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?