Suara.com - Jelang Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari mendatang, Indonesia masih dilanda persoalan gizi buruk. Baru-baru ini, laporan September 2017- Januari 2018 menyebut bahwa 67 anak di kabupaten Asmat Papua meninggal dunia akibat gizi buruk.
Selain itu dilaporkan pula bahwa terjadi kejadian luar biasa campak yang dialami balita dan anak-anak Asmat, Papua. Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Doddy Izwardy mengatakan pada akhir tahun 2017, Kemenkes melihat bahwa data status gizi di Provinsi Papua secara umum cukup baik, namun secara khusus, data Kabupaten Asmat menunjukkan kenaikan cukup besar untuk kasus kekurangan gizi.
Menurut dia, kondisi kekurangan gizi inilah yang menyebabkan balita dan anak-anak di daerah tersebut mudah terinfeksi penyakit, salah satunya campak. Meski demikian, kondisi penyakit infeksi juga dapat memicu gizi buruk pada anak dan balita karena asupan makanan yang berkurang.
“Penyakit infeksi yang paling sering terjadi di sini adalah Diare, namun di Papua saat ini yang terjadi bersama ada Campak di sana. Jadi ada hubungan timbal balik, ada campak, ada gizi buruk. Mana yang lebih dulu," ujar Doddy di Jakarta, Senin (22/1/2018) kemarin.
Balita yang akan terkena penyakit infeksi biasanya mengalami perubahan pola makan, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara asupan makanan dan kebutuhan gizi. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang cukup lama maka terjadilah kekurangan gizi.
“Adanya penyakit campak, si anak sakit sehingga tidak bisa makan atau nafsu makan menurun. Campak memperberat anak-anak yang kurus tadi menjadi lebih buruk gizinya. Diare pun bisa cepat diatasi sebenarnya, tinggal kasih larutan gula garam, tetapi karena ada penyakit infeksi, menjadi lebih berat mengatasinya”, tambah dia.
Campak atau yang dikenal dengan nama Measles merupakan salah satu penyakit yang menular melalui udara yang disebabkan oleh virus golongan paramyxovirus. Penyakit ini dapat menyerang sistem pernapasan dan sistem kekebalan sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai infeksi lainnya, seperti Pneumonia dan Diare. Namun Doddy menegaskan bahwa campak sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi.
"Campak bukan penyakit berbahaya jika segera ditangani dengan tepat. Namun jika perawatan yang diberikan kurang baik dan kondisi tubuh penderita lemah (kurang gizi), maka akan mudah terkena infeksi lain atau komplikasi yang bisa berakibat fatal. Komplikasi yang paling umum terjadi pada kasus campak yang fatal adalah diare kronis," lanjut Doddy.
Lebih jauh, Doddy juga menerangkan bahwa selain kekurangan zat gizi makro, penelitian membuktikan bahwa campak memiliki hubungan yang erat dengan kekurangan zat gizi mikro, yaitu vitamin A.
Baca Juga: Membludak, Pasien Gizi Buruk Anak Asmat Dirawat di Gereja
“Vitamin A itu bermanfaat mencegah morbiditas pada anak Balita. Kalau anak diberi vitamin A dan dikonsumsi dengan baik, bisa disimpan di dalam organ hatinya selama 4-6 bulan. Itu alasannya mengapa pemerintah memiliki program Bulan Vitamin A dua kali dalam setahun yakni Februari dan Agustus”, imbuh dia.
Untuk mencegah penyebaran kasus campak, Doddy mengatakan bahwa pemerintah akan mengadakan imunisasi massal pada seluruh daerah yang terjadi KLB. Selain pemberian vaksin, balita di daerah KLB juga akan diberi vitamin A dengan dosis yang disesuaikan dengan usianya.
“Pastikan, dosis kapsul vitamin A yang diberikan sesuai dengan usia anak. Balita yang telah menerima kapsul vitamin A dalam jangka waktu kurang 30 hari, tidak dianjurkan untuk diberi kapsul vitamin A lagi. Lalu pada saat pemberian vitamin A, pastikan anak tidak sedang mengalami sesak napas berat," tandas Doddy.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan