Suara.com - Dilansir dari situs Universitas Gadjah Mada, WHO memperkirakan jumlah pengidap diabetes di Indonesia akan mengalami peningkatan besar hingga 21,3 juta jiwa pada 2030.
Sampai pada 2016, pengidap diabetes di Indonesia diketahui mencapai sekitar 10 juta penduduk. Masih banyak lagi orang Indonesia yang bahkan tidak menyadari bahwa dirinya memiliki diabetes.
Diabetes merupakan penyakit “abadi” yang tidak dapat disembuhkan. Namun gejalanya dapat dikelola dengan gaya hidup sehat dan obat-obatan.
Salah satunya dengan obat diabetes alami yang satu ini, brokoli. Ya, bagi pengidap diabetes yang juga obesitas, brokoli bisa menjadi kunci untuk memperlambat perkembangan diabetes, bahkan berpotensi membatalkan efeknya. Kenapa begitu? Simak ulasan lengkap yang dihimpun Hello Sehat.Mengulik Manfaat Brokoli Sebagai Obat Diabetes
Para ilmuwan dari Universitas Gothenburg di Swedia melaporkan bahwa senyawa kimia alami yang ditemukan dalam brokoli, disebut sulphoraphane, mengurangi kadar gula darah pada orang dengan diabetes tipe 2.
Untuk memastikan efektivitasnya, penulis utama studi Anders Rosengen dan tim membagi 97 orang partisipan yang memiliki diabetes dalam dua kelompok: kelompok pertama diberi pil ekstrak sulphoraphane, sementara yang kedua diberi pil kosong plasebo.
Partisipan harus rutin meminum obat ini selama 3 bulan penuh. Hasilnya? Kadar gula darah orang-orang yang mengonsumsi pil sulphoraphane ditemukan berkurang hingga 10 persen.
Jumlah ini bahkan sudah cukup untuk menekan risiko komplikasi diabetes pada mata, ginjal, dan darah.
Sebelumnya, penelitian terhadap efek sulphoraphane terhadap penurunan kadar hiperglikemia (kelebihan gula darah) sudah lebih dulu diterapkan pada sel kultur dan tikus percobaan di laboratorium.
Oleh karena itu, tim peneliti menduga bahwa ekstrak sulphoraphane dapat digunakan sebagai pengganti obat metformin, obat diabetes lini pertama.
Baca Juga: Ciat, Ayu Ting Ting Dibanting Atlet Judo!
Sulphoraphane dalam Brokoli Lebih Aman dari Metformin
Penelitian ini menunjukkan bahwa metformin dan sulphoraphane bekerja menurunkan glukosa darah dengan cara yang berbeda.
Metformin membuat sel sensitif terhadap insulin sehingga lebih banyak glukosa yang keluar dari aliran darah, sementara sulphoraphane membantu menekan produksi glukosa.
Tapi Rosengren percaya bahwa ekstrak itu bisa menggantikan metformin bagi mereka yang tidak dapat mengonsumsi obat tersebut.
Diketahui bahwa kurang 15 persen pengidap diabetes tipe 2 tidak dapat menoleransi efek pengobatan metformin karena risikonya yang berkaitan dengan kerusakan ginjal.
Mengonsumsi metformin, bagi orang-orang yang sensitif, dapat meningkatkan risiko asidosis laktat — peningkatan asam laktat berbahaya akibat kerja ginjal yang menurun. Asidosis laktat dapat menyebabkan kram perut, napas pendek, kram atau nyeri otot, dan kelelahan.
Lantas, harus seberapa sering makan brokoli untuk mencapai efek sebagai obat diabetes? Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan kandungan sulphoraphane yang sudah diekstrak menjadi pil.
Konsentrasi sulphoraphane dalam satu pil yang digunakan setara dengan makan sekitar 500 gram brokoli utuh setiap hari. Terlebih, ekstrak ini dilaporkan sangat efektif hanya di antara orang-orang obesitas yang kadar glukosa darahnya lebih tinggi pada awal penelitian tersebut.
Bagi mereka yang tidak obesitas, sayangnya pil sulforaphane tidak banyak berpengaruh. Walau mustahil untuk makan 500 kilogram brokoli dalam sehari, bukan lantas Anda jadi mengabaikan pola makan sehat untuk mengelola diabetes Anda.
Brokoli dan sayur-sayuran lain tetap menjadi pemain penting dalam menu makan Anda sehari-hari. Kandungan vitamin dan mineral dalam sayuran membantu Anda dalam mencukupi kebutuhan gizi tubuh.
Tak hanya itu, kandungan serat tinggi dalam sayuran dapat membuat Anda merasa kenyang lebih lama, sehingga Anda lebih mampu mengontrol nafsu makan dan gula darah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Viral Video Syur 27 Detik Diduga Libatkan Oknum Dokter di Riau
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
Terkini
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak